Raja Ampat yang Mempes0na
wisata raja ampat – Papua : Raja Ampat yang Mempesona
Sejumlah turis tampak asyik bersantap dan mengobrol santai sambil
memandang lepas ke arah laut yang didominasi warna biru, hijau, dan
putih. Warna-warna itu muncul karena pengaruh dari hamparan terumbu
karang di dasar laut yang dangkal maupun dalam. Mereka sedang menikmati
makan siang di Papua Diving Resort, perairan f Irian Jaya Barat.
Teriknya matahari dan cerahnya udara justru membuat gemas para tamu
untuk kembali menyelam dan menyelam. Cahaya matahari kerap menembus
celah-celah gelombang laut sampai ke karang. Keelokan pemandangan dan
biota lautnya memang membuat kesan mendalam bagi para wisatawan. Bagi
pencinta wisata pesisir dan bawah air yang fanatik, Raja Ampat sangat
dikenal bahkan dinilai terbaik di dunia untuk kualitas terumbu
karangnya.
Banyak fotografer bawah laut internasional mengabadikan pesona laut
Raja Ampat. Bahkan ada yang datang berulang kali dan membuat buku khusus
tentang keindahan terumbu karang dan biota laut kawasan ini.
Pertengahan 2006 lalu, tim khusus dari majalah petualangan ilmiah
terkemuka dunia, National Geographic, membuat liputan di Raja Ampat yang
akan menjadi laporan utama pada 2007.
Sebanyak 610 Pulau di Raja Ampat
Raja Ampat adalah pecahan Kabupaten Sorong, sejak 2003. Kabupaten
berpenduduk 31.000 jiwa ini memiliki 610 pulau (hanya 35 pulau yang
dihuni) dengan luas wilayah sekitar 46.000 km2, namun hanya 6.000 km2
berupa daratan, 40.000 km2 lagi lautan. Pulau-pulau yang belum terjamah
dan lautnya yang masih asri membuat wisatawan langsung terpikat. Mereka
seakan ingin menjelajahi seluruh perairan di “Kepala Burung” Pulau
Papua.
Wilayah ini sempat menjadi incaran para pemburu ikan karang dengan
cara mengebom dan menebar racun sianida. Namun, masih banyak penduduk
yang berupaya melindungi kawasan itu sehingga kekayaan lautnya bisa
diselamatkan. Terumbu karang di laut Raja Ampat dinilai terlengkap di
dunia. Dari 537 jenis karang dunia, 75 persennya berada di perairan ini.
Ditemukan pula 1.104 jenis ikan, 669 jenis moluska (hewan lunak), dan
537 jenis hewan karang. Luar biasa.
Bank Dunia bekerja sama dengan lembaga lingkungan global menetapkan
Raja Ampat sebagai salah satu wilayah di Indonesia Timur yang mendapat
bantuan Coral Reef Rehabilitation and Management Program (Coremap) II,
sejak 2005. Di Raja Ampat, program ini mencakup 17 kampung dan
melibatkan penduduk lokal. Nelayan juga dilatih membudidayakan ikan
kerapu dan rumput laut.
Eksotisme Raja Ampat
Papua Diving, satu-satunya resor eksotis yang menawarkan wisata bawah
laut di kawasan itu, didatangi turis-turis penggemar selam yang betah
selama berhari-hari bahkan hingga sebulan penuh mengarungi lekuk-lekuk
dasar laut. Mereka seakan tak ingin kembali ke negeri masing-masing
karena sudah mendapatkan “pulau surga yang tak ada duanya di bumi ini”.
Pengelolanya tak gampang mempersiapkan tempat bagi wisatawan.
Maximillian J Ammer, warga negara Belanda pemilik Papua Diving Resort
yang juga pionir penggerak wisata laut kawasan ini, harus mati-matian
menyiapkan berbagai fasilitas untuk menarik turis dari mancanegara.
Sejak memulai usahanya delapan tahun lalu, banyak dana harus
dikeluarkan. Namun, hasilnya juga memuaskan. Setiap tahun resor ini
dikunjungi minimal 600 turis spesial yang menghabiskan waktu rata-rata
dua pekan.
Penginapan sangat sederhana yang hanya berdinding serta beratap
anyaman daun kelapa itu bertarif minimal 75 euro atau Rp 900.000
semalam. Jika ingin menyelam harus membayar 30 euro atau sekitar Rp
360.000 sekali menyelam pada satu lokasi tertentu. Kebanyakan wisatawan
datang dari Eropa. Hanya beberapa wisatawan asal Indonesia yang menginap
dan menyelam di sana.
“Turis menyelam hampir setiap hari karena lokasi penyelaman sangat
luas dan beragam. Keindahan terumbu karangnya memang bervariasi sehingga
banyak pilihan dan mengundang penasaran. Ada turis yang sudah berusia
80 tahun masih kuat menyelam,” tutur Max Ammer yang beristrikan
perempuan Manado.
Tiga tahun lalu, Papua Diving membangun penginapan modern tak jauh
dari lokasi pertama. Ternyata, penginapan yang dibangun dengan
mengandalkan bahan bangunan lokal ini hampir selalu penuh dipesan.
Padahal tarifnya mencapai 225 euro atau sekitar Rp 2,7 juta per malam.
Di lokasi yang baru, dilengkapi peralatan modern, termasuk fasilitas
telepon internasional dan internet.
Turis ke Raja Ampat hanya ingin ke Papua Diving di Pulau Mansuar
karena fasilitas dan pelayannya sudah berstandar internasional, juga
makanannya. Mereka mendarat di Bandara Domne Eduard Osok, Sorong,
langsung menuju lokasi dengan kapal cepat berkapasitas sekitar 10 orang
yang tarifnya Rp 3,2 juta sekali jalan. Perlu waktu sekitar 3-4 jam
untuk mencapai Mansuar.
Seperti pulau lainnya, Mansuar tampak asri karena hutannya masih
terjaga dan air lautnya pun bersih sehingga biota laut yang tidak jauh
dari permukaan bisa terlihat jelas. Turis cukup berenang atau
ber-snorkelling untuk melihat keindahan laut, sedangkan jika ingin
mengamati langsung kecantikan biota laut di kedalaman, mereka harus
menyelam.
Merasa Aman
Warga lokal dilibatkan dalam pembangunan dan pengelolaan resor,
bahkan 90 dari 100 karyawannya adalah warga Papua. Penduduk juga memasok
ikan, sayur-mayur, buah-buahan, dan lainnya. Salah satu paket wisatanya
mengunjungi perkampungan untuk melihat tanaman dan hewan khas setempat,
termasuk burung Cendrawasih. Banyak wisatawan yang menjadi donatur
pembangunan gereja dan pendidikan anak-anak sekitar Man- suar.
Max Ammer mempunyai komitmen untuk meningkatkan ekonomi dan
keterampilan warga setempat. Mereka ada yang dilatih berbahasa asing dan
menggunakan peralatan selam. Wisatawan pun merasa aman di kala siang
maupun malam saat menikmati terik dan tenggelamnya matahari maupun saat
berenang dan menyelam di laut yang sangat dalam.
Selain kelautan dan perikanan, Raja Ampat memiliki kekayaan sumber
daya alam, antara lain minyak bumi dan nikel. Di dasar lautnya juga
banyak terdapat kapal-kapal karam bekas Perang Dunia II yang
diperkirakan memuat “harta karun” bernilai tinggi. Namun, jika salah
kelola, kegiatan eksploitasi semua itu dikhawatirkan mengancam
kelestarian dan keindahan alam lautnya.
Kamis, 18 Juli 2013
Senin, 08 Juli 2013
Menentukan Awal Bulan Qomariyah dengan Rukyatul Hilal bukan Hisab
Bismillahirahmaanirrahiim.
Alhamdulillah. Wa sholatu’alaa rasulillah wa’alaa ‘alihi wa ash habihi wa man tabi’ahum bi ihsaan illaa yaumiddin. Amma ba’du.
Sesungguhnya perkara yang seringkali ada di bulan Ramadhan dan Syawwal setiap tahun dan berulang adalah menentukan awal bulan. Baik itu tanggal 1 Ramadhan ataupun tanggal 1 Syawwal. Allah dan Rasul-Nya telah mencontohkan berkali-kali tentang hal ini yaitu dengan melihat bulan bukan dengan hisab (menghitung dengan rumus tertentu). Kita akan bahas satu per satu.
Dalil Disyari’atkannya Melihat Hilal
Dari Ibnu ’Umar radliyallaahu ’anhuma, bahwasannya Rasulullah shallallaahu ’alaihi wasallam bersabda :
Dari Abu Hurairah radliyallaahu ‘anhu berkata : Telah bersabda Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam :
“Berpuasalah jika kalian telah melihat bulan, dan berbukalah jika kalian melihatnya pula. Dan apabila bulan tertutup (awan) dari pandangan kalian, maka sempurnakanlah bulan Sya’ban menjadi 30 hari” (HR. Al-Bukhari no. 1909 dan Muslim no. 1081)
Pembahasan Hisab
Bagaimana dengan hisab, sebagian besar orang-orang menggunakan dalil hadits nomor 1907 yang diriwayatkan oleh Bukhari tersebut. Namun hal ini sangat tidaklah tepat. Sebab menggunakan dalil hadits yang mana hadits tersebut digunakan untuk dalil Rukyat adalah sebuah kesalahan. Ada beberapa faktor yang dianggap menyelisihi sunnah, diantaranya adalah:
1. Dengan metode hisab, seseorang bisa saja memperkirakan dan menghitung tanggal 1 Ramadhan atau 1 Syawwal jauh sebelum mereka menemui Ramadhan atau Syawwal. Bahkan dengan metode hisab seseorang bisa saja menghitung tanggal 1 Ramadhan 20 tahun ke depan.
2. Menentukan 1 Ramadhan dan 1 Syawwal telah diajarkan oleh rasululloh shallallahu’alaihi wa sallam. Semoderen apapun perhitungan hisab, seakurat apapun, tapi syari’at tetaplah syari’at. Dan yang benar adalah harus mengikuti syari’at yang di bawa oleh Rasululloh shallallahu’alaihi wa sallam.
3. Perhitungan hisab sudah ada sejak dulu, bahkan sebelum tahun hijriyah ada, hisab sudah ada sejak dulu. Karena itulah dulu para petani ataupun para nelayan faham kapan mereka panen, dan juga tahu kapan terjadi gerhana. Bahkan pada peradaban Mesir sudah ditemukan cara menghitung hisab, namun Allah dan Rasul-Nya mempunyai sunnah sendiri. Dan mengikuti sunnah itu lebih baik.
4. Menganggap hisab lebih baik daripada melihat hilal, maka seseorang akan terjerumus kepada kesalahan, yaitu meremehkan syari’at yang dibawa oleh rasululloh shallallahu’alaihi wa sallam. Dan sungguh aku nasehatkan kepada kalian untuk berhati-hati dalam masalah ini.
Hari Raya Mengikuti Pemerintah ataukah Menentukan waktu Sendiri?
Ada sebuah kaidah yang disampaikan oleh Syaikh Al Albani:
“Inilah yang sesuai dengan syari’at yang mudah ini (yaitu : berpuasa dan berhari raya ‘Iedul-Fithri bersama masyarakat/orang banyak – tidak menyendiri) yang diantara tujuan-tujuannya adalah menyatukan umat dan menyamakan barisan-barisan mereka, serta menjauhkan mereka dari segala sesuatu yang dapat mencerai-beraikan persatuan mereka dari pemikiran-pemikiran individualistis, sehingga syari’at tidaklah memihak kepada pemikiran seseorang – walaupun benar dari sudut pandang dirinya – dalam peribadatan yang bersifat jama’i seperti puasa, hari raya, dan shalat berjama’ah. Tidaklah Anda pernah melihat bahwa para shahabat radliyallaahu ‘anhum, mereka sebagiannya shalat di belakang lainnya dalam keadaan di antara mereka ada yang menilai bahwa menyentuh wanita, kemaluan, atau keluarnya darah termasuk pembatal-pembatal wudlu. Sebagian mereka ada yang shalat secara sempurna di waktu safar, dan sebagian lagi ada yang mengqasharnya ? Kendatipun demikian, perselisihan mereka dengan yang lainnya tidaklah menjadi penghalang bagi mereka untuk berkumpul (bersatu) di dalam masalah shalat di belakang imam yang tunggal, sehingga mereka tidak berpecah karenanya. Hal itu karena pengetahuan mereka bahwa perpecahan dalam agama lebih jelek dari sekedar perbedaan sebagian pendapat. Bahkan sampai pada tingkatan dimana sebagian mereka tidak menghiraukan suatu pendapat yang menyelisihi pendapat imam besar di lingkup yang lebih besar seperti ketika di Mina, hingga mendorongnya untuk meninggalkan pendapat pribadi secara mutlak dalam lingkup tersebut, demi menjauhi akibat buruk yang akan ditimbulkan karena beramal dari hasil pemikirannya (yang menyelisihi imam)”. Maka diriwayatkan oleh Abu Dawud 1/307 (sebuah contoh yang sangat baik dalam masalah ini) :
Alhamdulillah. Wa sholatu’alaa rasulillah wa’alaa ‘alihi wa ash habihi wa man tabi’ahum bi ihsaan illaa yaumiddin. Amma ba’du.
Sesungguhnya perkara yang seringkali ada di bulan Ramadhan dan Syawwal setiap tahun dan berulang adalah menentukan awal bulan. Baik itu tanggal 1 Ramadhan ataupun tanggal 1 Syawwal. Allah dan Rasul-Nya telah mencontohkan berkali-kali tentang hal ini yaitu dengan melihat bulan bukan dengan hisab (menghitung dengan rumus tertentu). Kita akan bahas satu per satu.
Dalil Disyari’atkannya Melihat Hilal
Dari Ibnu ’Umar radliyallaahu ’anhuma, bahwasannya Rasulullah shallallaahu ’alaihi wasallam bersabda :
الشهر تسع وعشرون ليلة فلا تصوموا حتى تروه فإن غم عليكم فأكملوا العدة ثلاثين
”Bulan itu ada 29 malam (hari). Janganlh kalian mulai berpuasa
hingga melihat bulan. Apabila ia tertutup dari pandangan kalian, maka
sempurnakanlah hitungan hari (dalam satu bulan) menjadi 30 hari” (HR. Al-Bukhari no. 1907).Dari Abu Hurairah radliyallaahu ‘anhu berkata : Telah bersabda Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam :
“Berpuasalah jika kalian telah melihat bulan, dan berbukalah jika kalian melihatnya pula. Dan apabila bulan tertutup (awan) dari pandangan kalian, maka sempurnakanlah bulan Sya’ban menjadi 30 hari” (HR. Al-Bukhari no. 1909 dan Muslim no. 1081)
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda:
صوموا لرؤيته وأفطروا لرؤيته وانسكوا لها فإن غم عليكم فأكملوا ثلاثين فإن شهد شاهدان فصوموا وأفطروا
“Berpuasalah jika kalian melihat bulan dan
berbukalah jika kalian melihatnya pula, serta menyembelihlah (pada bulan
Dzulhijjah) karena melihatnya. Jika bulan itu tertutup dari pandangan
kalian, maka sempurnakanlah (bulan Sya’ban) menjadi 30 hari. Dan jika
ada dua orang yang memberi kesaksian melihat bulan, maka berpuasalah dan
berbukalah kalian” (HR. Nasa’i dalam Al-Mujtabaa no. 2116, Ahmad 4/321, dan Ad-Daruquthni 3/120 no. 2193; lafadh ini milik An-Nasa’i. Dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani dalam Irwaaul-Ghalil no. 909).
Apabila hilal telah terlihat yang menandakan tanda mulainya Bulan
Ramadlan (atau bulan-bulan yang lainnya), maka disunnahkan membaca doa :
اَللهُ
أَكْـبَرُ، اَللّهُمَّ أَهِلَّـهُ عَلَيْـنَا بِاْلأَمْـنِ
وَاْلإِيْمـَانِ، وَالسَّلامَـةِ وَاْلإِسْلامِ، وَالتَّـوْفِيْـقِ لِمَا
تُحِـبُّ وَتَـرْضَـى، رَبُّنـَا وَرَبُّكَ اللهُ
[Alloohu akbar. Alloohumma ahillahu ‘alainaa bil-amni
wal-iimaan. Was-salaamati wal-islaami, wat-taufiiqi limaa tuhibbu wa
tardloo. Robbunaa wa robbukallooh]
“Allah Maha Besar. Ya Allah, tampakkan bulan satu itu kepada kami
dengan membawa keamanan dan keimanan, keselamatan dan Islam serta
mendapat taufiq untuk menjalankan apa yang Engkau senang dan rela. Rabb
kami dan Rabbmu (wahai bulan sabit) adalah Allah” (HR. At-Tirmidzi no. 3451, Ad-Daarimi no. 1730, dan Ibnu Hibban dalam Mawaridudh-Dham’an hal. 589. At-Tirmidzi berkata : Hadits hasan gharib. Dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani dalam Shahih Sunan At-Tirmidzi 3/423).Pembahasan Hisab
Bagaimana dengan hisab, sebagian besar orang-orang menggunakan dalil hadits nomor 1907 yang diriwayatkan oleh Bukhari tersebut. Namun hal ini sangat tidaklah tepat. Sebab menggunakan dalil hadits yang mana hadits tersebut digunakan untuk dalil Rukyat adalah sebuah kesalahan. Ada beberapa faktor yang dianggap menyelisihi sunnah, diantaranya adalah:
1. Dengan metode hisab, seseorang bisa saja memperkirakan dan menghitung tanggal 1 Ramadhan atau 1 Syawwal jauh sebelum mereka menemui Ramadhan atau Syawwal. Bahkan dengan metode hisab seseorang bisa saja menghitung tanggal 1 Ramadhan 20 tahun ke depan.
2. Menentukan 1 Ramadhan dan 1 Syawwal telah diajarkan oleh rasululloh shallallahu’alaihi wa sallam. Semoderen apapun perhitungan hisab, seakurat apapun, tapi syari’at tetaplah syari’at. Dan yang benar adalah harus mengikuti syari’at yang di bawa oleh Rasululloh shallallahu’alaihi wa sallam.
3. Perhitungan hisab sudah ada sejak dulu, bahkan sebelum tahun hijriyah ada, hisab sudah ada sejak dulu. Karena itulah dulu para petani ataupun para nelayan faham kapan mereka panen, dan juga tahu kapan terjadi gerhana. Bahkan pada peradaban Mesir sudah ditemukan cara menghitung hisab, namun Allah dan Rasul-Nya mempunyai sunnah sendiri. Dan mengikuti sunnah itu lebih baik.
4. Menganggap hisab lebih baik daripada melihat hilal, maka seseorang akan terjerumus kepada kesalahan, yaitu meremehkan syari’at yang dibawa oleh rasululloh shallallahu’alaihi wa sallam. Dan sungguh aku nasehatkan kepada kalian untuk berhati-hati dalam masalah ini.
Hari Raya Mengikuti Pemerintah ataukah Menentukan waktu Sendiri?
Ada sebuah kaidah yang disampaikan oleh Syaikh Al Albani:
“Inilah yang sesuai dengan syari’at yang mudah ini (yaitu : berpuasa dan berhari raya ‘Iedul-Fithri bersama masyarakat/orang banyak – tidak menyendiri) yang diantara tujuan-tujuannya adalah menyatukan umat dan menyamakan barisan-barisan mereka, serta menjauhkan mereka dari segala sesuatu yang dapat mencerai-beraikan persatuan mereka dari pemikiran-pemikiran individualistis, sehingga syari’at tidaklah memihak kepada pemikiran seseorang – walaupun benar dari sudut pandang dirinya – dalam peribadatan yang bersifat jama’i seperti puasa, hari raya, dan shalat berjama’ah. Tidaklah Anda pernah melihat bahwa para shahabat radliyallaahu ‘anhum, mereka sebagiannya shalat di belakang lainnya dalam keadaan di antara mereka ada yang menilai bahwa menyentuh wanita, kemaluan, atau keluarnya darah termasuk pembatal-pembatal wudlu. Sebagian mereka ada yang shalat secara sempurna di waktu safar, dan sebagian lagi ada yang mengqasharnya ? Kendatipun demikian, perselisihan mereka dengan yang lainnya tidaklah menjadi penghalang bagi mereka untuk berkumpul (bersatu) di dalam masalah shalat di belakang imam yang tunggal, sehingga mereka tidak berpecah karenanya. Hal itu karena pengetahuan mereka bahwa perpecahan dalam agama lebih jelek dari sekedar perbedaan sebagian pendapat. Bahkan sampai pada tingkatan dimana sebagian mereka tidak menghiraukan suatu pendapat yang menyelisihi pendapat imam besar di lingkup yang lebih besar seperti ketika di Mina, hingga mendorongnya untuk meninggalkan pendapat pribadi secara mutlak dalam lingkup tersebut, demi menjauhi akibat buruk yang akan ditimbulkan karena beramal dari hasil pemikirannya (yang menyelisihi imam)”. Maka diriwayatkan oleh Abu Dawud 1/307 (sebuah contoh yang sangat baik dalam masalah ini) :
أن
عثمان رضي الله عنه صلى بمنى أربعا , فقال عبد الله بن مسعود منكرا عليه :
صليت مع النبي صلى الله عليه وسلم ركعتين , و مع أبي بكر ركعتين , و مع
عمر ركعتين , و مع عثمان صدرا من إمارته ثم أتمها , ثم تفرقت بكم الطرق
فلوددت أن لي من أربع ركعات ركعتين متقبلتين , ثم إن ابن مسعود صلى أربعا !
فقيل له : عبت على عثمان ثم صليت أربعا ! قال : الخلاف شر .
Bahwasannya ‘Utsman radliyallaahu ‘anhu shalat di
Mina empat raka’at, maka berkatalah Abdullah bin Mas’ud dalam rangka
mengingkari perbuatannya : “Aku shalat (ketika safar) bersama Nabi
shallallaahu ‘alaihi wasallam dua raka’at, bersama Abu Bakar dua
raka’at, dan bersama ‘Umar dua raka’at, dan bersama ‘Utsman di awal
pemerintahannya, kemudian beliau melakukannya dengan sempurna (empat
raka’at – tidak diqashar), kemudian kalian berselisih, dan aku ingin
sekiranya empat raka’at itu tetap menjadi dua raka’at (sebagaimana
dilakukan Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam) Akan tetapi kemudian Ibnu
Mas’ud shalat empat raka’at. Maka ditanyakan kepadanya : Engkau telah
mencela perbuatan ‘Utsman, namun engkau sendiri shalat empat raka’at ?”.
Maka beliau menjawab : “Perselisihan itu jelek”
[selesai - Lihat selengkapnya dalam Silsilah Ash-Shahiihah no. 224].
Sungguh pada sebagian masyarakat hal ini masih ada,
yaitu ada yang mendahului, ada yang mengakhiri. Padahal yang benar
adalah kita harus mengikuti pemerintah yaitu bersama-sama dengan umat
Islam yang lainnya untuk berhari raya bersama-sama. Dan orang yang tidak
melakukannya maka sesungguhnya mereka adalah orang yang ingin
mencerai-beraikan barisan kaum muslimin.
Bagaimana Kalau Pemerintah Memakai Hisab?
Kita harus mengutamakan persatuan umat, yaitu dengan
ikut merayakan Iedul Fitri atau Iedul Adha bersama-sama, apapun metode
yang mereka gunakan. Walaupun begitu kita tetap yakin dan beriman bahwa
yang benar adalah dengan menggunakan Rukyatul Hilal.
Penutup
Dalil-dalil tentang rukyatul Hilal sudah jelas,
bahkan manusia harus mengikuti dalil daripada hawa nafsu mereka. Ini
adalah persoalan iman, persoalan sunnah yang dibawa oleh rasululloh
shallallahu’alaihi wa sallam. Satu pertanyaan yang mengganjal adalah,
“Kalau memang hisab diperbolehkan, kenapa rasululloh shallallahu’alaihi
wa sallam hanya mengajarkan do’a ketika melihat hilal? Kenapa tidak
diajarkan do’a menghitung hisab?” Maka sudah jelas ini adalah syari’at
dari Allah dan bukan buatan semata.
Untuk hisab maka yang paling cocok adalah digunakan
untuk menghitung waktu sholat atau terbit matahari. Namun ini bulan
Qomariyah yang artinya menentukan hari lewat beredarnya bulan bukan
matahari. Maka dari itulah menggunakan rukyatul Hilal adalah satu-satunya cara menentukan tanggal 1 tiap bulannya.
Wallahu’alam.
Sidang Isbat Putuskan Awal Puasa 1 Ramadan Rabu 10 Juli
Liputan6.com, Jakarta : Sidang Isbat awal
Ramadan 1434 H digelar di Gedung Kementerian Agama, Jakarta. Sidang yang
dipimpin Menteri Agama Suryadharma Ali menetapkan awal Ramadan berdasar
laporan dari 36 orang tim Kemenag di lapangan. Laporan yang disampaikan
menujukkan pososi hilal masih berada pada minus 0 derajat 56 menit
sampai dengan 0, 38 menit.
"Dengan demikian, setuju kah Bapak Ibu sekalian bahwa 1 Ramadan 1434 H, jatuh pada hari Rabu 10 Juli 2013," tanya Menteri Agama Suryadharma Ali kepada peserta Sidang Isbat di Gedung Kementerian Agama, Jakarta, Senin (8/7/2013).
"Setuju," jawab peserta sidang Isbat serempak.
"Untuk itu, kami tetapkan awal 1 Ramadan 1434 H bertepatan dengan hari Rabu, 10 Juli 2013," tegas Surydharma Ali.
Sejumlah tempat dijadikan lokasi pantauan hilal. seperti di Pelabuhan Ratu (Jawa Barat), Pantai Tanjung Kodok (Lamongan, Jawa Timur), Cakung (Jakarta Timur), Boscha (Bandung), Makassar, dan lainnya.
Sidang Isbat yang dipimpin Menteri Agama Suryadharma Ali, Wakil Menteri Agama Nasaruddin Umar, Ketua MUI Maruf Amin ini dihadiri sejumlah ormas dan delegasi dari negara-negara sahabat.
Omas-ormas yang hadir di antaranya dari MUI, PBNU, Persis, Dewan Masjid Indonesia, Tarikat Islam, Persatuan Islam, ICMI, Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI), Wahdah Islamiyah, Al Irsyad, Rabitha Al Adawiyah, Ikatan Dai Indonesia (IKADI), Pejabat TNI dan Polri.
Meski pemerintah memutuskan awal puasa pada Rabu besok, namun ada sejumlah ormas Islam yang tidak sejalan. Seperti Muhammadiyah yang memutuskan awal puasa pada Selasa 9 Juli. (Ali/Mut)
"Dengan demikian, setuju kah Bapak Ibu sekalian bahwa 1 Ramadan 1434 H, jatuh pada hari Rabu 10 Juli 2013," tanya Menteri Agama Suryadharma Ali kepada peserta Sidang Isbat di Gedung Kementerian Agama, Jakarta, Senin (8/7/2013).
"Setuju," jawab peserta sidang Isbat serempak.
"Untuk itu, kami tetapkan awal 1 Ramadan 1434 H bertepatan dengan hari Rabu, 10 Juli 2013," tegas Surydharma Ali.
Sejumlah tempat dijadikan lokasi pantauan hilal. seperti di Pelabuhan Ratu (Jawa Barat), Pantai Tanjung Kodok (Lamongan, Jawa Timur), Cakung (Jakarta Timur), Boscha (Bandung), Makassar, dan lainnya.
Sidang Isbat yang dipimpin Menteri Agama Suryadharma Ali, Wakil Menteri Agama Nasaruddin Umar, Ketua MUI Maruf Amin ini dihadiri sejumlah ormas dan delegasi dari negara-negara sahabat.
Omas-ormas yang hadir di antaranya dari MUI, PBNU, Persis, Dewan Masjid Indonesia, Tarikat Islam, Persatuan Islam, ICMI, Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI), Wahdah Islamiyah, Al Irsyad, Rabitha Al Adawiyah, Ikatan Dai Indonesia (IKADI), Pejabat TNI dan Polri.
Meski pemerintah memutuskan awal puasa pada Rabu besok, namun ada sejumlah ormas Islam yang tidak sejalan. Seperti Muhammadiyah yang memutuskan awal puasa pada Selasa 9 Juli. (Ali/Mut)
Pengumuman Hasil SBMPTN 2013 dapat dilihat disini
INFORMASI
Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri
(SBMPTN)
Tahun 2013
----------------------------------------------------------------------------------------------------
Pengumuman Hasil SBMPTN 2013 dapat dilihat pada tanggal 8 Juli 2013 pukul 17.00 WIB
Laman resmi pengumuman hasil SBMPTN 2013 adalah pengumuman.sbmptn.or.id
----------------------------------------------------------------------------------------------------
HATI-HATI TERHADAP PENIPUAN !!!
Panitia SBMPTN TIDAK MEMILIKI akun di Facebook atau Twitter selain yang tertera di bawah.
Semua akun yang mengatasnamakan panitia SBMPTN
SELAIN yang tertera di bawah adalah PALSU !
KLIK icon dibawah ini untuk mengaksesnya !
Minggu, 07 Juli 2013
Pulau Komodo
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Taman Nasional Komodo terletak di antara provinsi Nusa Tenggara Timur dan Nusa Tenggara Barat.
Taman nasional ini terdiri atas tiga pulau besar Pulau Komodo, Pulau Rinca, dan Pulau Padar serta beberapa pulau kecil. Wilayah darat taman nasional ini 603 km² dan wilayah total adalah 1817 km².
Pada tahun 1980 taman nasional ini didirikan untuk melindungi komodo dan habitatnya. Di sana terdapat 277 spesies hewan yang merupakan perpaduan hewan yang berasal dari Asia dan Australia, yang terdiri dari 32 spesies mamalia, 128 spesies burung, dan 37 spesies reptilia. Bersama dengan komodo, setidaknya 25 spesies hewan darat dan burung termasuk hewan yang dilindungi, karena jumlahnya yang terbatas atau terbatasnya penyebaran mereka.
Selain itu, di kawasan ini terdapat pula terumbu karang. Setidaknya terdapat 253 spesies karang pembentuk terumbu yang ditemukan di sana, dengan sekitar 1.000 spesies ikan. Keindahan terumbu ini menarik minat wisatawan asing untuk berenang atau menyelam di perairan ini.
Pulau-pulau ini aslinya adalah pulau vulkanis. Jumlah penduduk di wilayah ini kurang lebih adalah 4.000 jiwa. Pada tahun 1986 taman nasional ini diterima sebagai Situs Warisan Dunia UNESCO.
Pada tanggal 11 November 2011, New 7 Wonders telah mengumumkan pemenang sementara, dan Taman Nasional Komodo masuk kedalam jajaran pemenang tersebut bersama dengan, Hutan Amazon, Teluk Halong, Air Terjun Iguazu, Pulau Jeju, Sungai Bawah Tanah Puerto Princesa, dan Table Mountain[3]. Taman Nasional Komodo mendapatkan suara terbanyak
Taman Nasional Komodo berada di antara Pulau Sumbawa dan Pulau Flores di kepulauan Indonesia Timur. Secara administrativ termasuk dalam Wilayah Kecamatan Komodo, Kabupaten Manggarai Barat, Provinsi Nusa Tenggara Timur. Kawasan ini ditetapkan sebagai Taman Nasional Komodo pada tanggal 6 Maret 1980 dan dinyatakan sebagai Cagar Manusia dan Biosfer pada tahun 1977 dan juga sebagai Situs Warisan Dunia oleh UNESCO pada tahun 1991, sebagai Simbol Nasional oleh Presiden RI pada tahun 1992, sebagai Kawasan Perlindungan Laut di tahun 2000 dan juga sebagai salah satu Taman Nasional Model di Indonesia pada tahun 2006.
Taman Nasional Komodo memiliki luas 173.300 ha meliputi wilayah daratan dan lautan dengan lima pulau utama yakni Pulau Komodo, Pulau Padar, Pulau Rinca, Gili Motang, Nusa Kode dan juga pulau-pulau kecil lainnya. Kepulauan tersebut dinyatakan sebagai Taman nasional untuk melindungi Komodo yang terancam punah dan habitatnya serta keanekaragaman hayati didalam wilayah tersebut. Taman lautnya dibentuk untuk melindungi biota laut yang sangat beragam yang terdapat disekitar kepulauan tersebut, termasuk yang terkaya di bumi.
Taman Nasional komodo terletak di kawasan Wallacea Indonesia. Kawasan Wallacea terbentuk dari pertemuan dua benua yang membentuk deretan unik kepulauan bergunung api, dan terdiri atas campuran burung serta hewan dari kedua benua Autralia dan Asia. Terdapat 254 spesies tumbuhan yang berasal dari Asia dan Australia di Taman Nasional Komodo. Selain itu, juga terdapat 58 jenis binatang dan 128 jenis burung. Perpaduan berbagai vegetasi di Taman Nasional Komodo memberikan lingkungan yang baik bagi berbagai jenis binatang dalam kawasan ini.
Terdapat empat kampung di dalam Taman Nasional Komodo. Pulau Komodo memiliki satu kampung yakni kampung Komodo; Pulau Rinca memiliki dua kampung yakni Rinca dan Kerora, dan Pulau Papagarang memiliki satu kampung yakni kampung Papagaran. Hingga tahun 2010, masyarakat yang tinggal di dalam kawasan berjumlah 4.251 orang dan sebagian besar masyarakat bermata pencaharian sebagai Nelayan. Mayoritas masyarakat memeluk agama Islam.
Sejarah
Satwa Komodo menjadi terkenal di dunia ilmu pengetahuan sejak tahun 1911 ketika P.A.Ouwens seorang kurator pada Museum Zoologi Bogor menerima laporan tentang penemuan satwa ini dari Perwira Pemerintah Hindia Belanda J.K.H. Van Steyn, yang selanjutnya diberi nama Varanus komodensis Ouwens pada tahun 1912 pada tulisan P.A. Ouwens yang berjudul "On a Large Species from The Island of Komodo". Dari penemuan ini muncul kesadaran dari berbagai pihak untuk menjaga kelestarian satwa ini, hal ini terlihat adanya beberapa peraturan yang memuat upaya perlindungan Satwa Komodo, yaitu:
Komodo |
Taman nasional ini terdiri atas tiga pulau besar Pulau Komodo, Pulau Rinca, dan Pulau Padar serta beberapa pulau kecil. Wilayah darat taman nasional ini 603 km² dan wilayah total adalah 1817 km².
Pada tahun 1980 taman nasional ini didirikan untuk melindungi komodo dan habitatnya. Di sana terdapat 277 spesies hewan yang merupakan perpaduan hewan yang berasal dari Asia dan Australia, yang terdiri dari 32 spesies mamalia, 128 spesies burung, dan 37 spesies reptilia. Bersama dengan komodo, setidaknya 25 spesies hewan darat dan burung termasuk hewan yang dilindungi, karena jumlahnya yang terbatas atau terbatasnya penyebaran mereka.
Selain itu, di kawasan ini terdapat pula terumbu karang. Setidaknya terdapat 253 spesies karang pembentuk terumbu yang ditemukan di sana, dengan sekitar 1.000 spesies ikan. Keindahan terumbu ini menarik minat wisatawan asing untuk berenang atau menyelam di perairan ini.
Pulau-pulau ini aslinya adalah pulau vulkanis. Jumlah penduduk di wilayah ini kurang lebih adalah 4.000 jiwa. Pada tahun 1986 taman nasional ini diterima sebagai Situs Warisan Dunia UNESCO.
Pada tanggal 11 November 2011, New 7 Wonders telah mengumumkan pemenang sementara, dan Taman Nasional Komodo masuk kedalam jajaran pemenang tersebut bersama dengan, Hutan Amazon, Teluk Halong, Air Terjun Iguazu, Pulau Jeju, Sungai Bawah Tanah Puerto Princesa, dan Table Mountain[3]. Taman Nasional Komodo mendapatkan suara terbanyak
Taman Nasional Komodo berada di antara Pulau Sumbawa dan Pulau Flores di kepulauan Indonesia Timur. Secara administrativ termasuk dalam Wilayah Kecamatan Komodo, Kabupaten Manggarai Barat, Provinsi Nusa Tenggara Timur. Kawasan ini ditetapkan sebagai Taman Nasional Komodo pada tanggal 6 Maret 1980 dan dinyatakan sebagai Cagar Manusia dan Biosfer pada tahun 1977 dan juga sebagai Situs Warisan Dunia oleh UNESCO pada tahun 1991, sebagai Simbol Nasional oleh Presiden RI pada tahun 1992, sebagai Kawasan Perlindungan Laut di tahun 2000 dan juga sebagai salah satu Taman Nasional Model di Indonesia pada tahun 2006.
Taman Nasional Komodo memiliki luas 173.300 ha meliputi wilayah daratan dan lautan dengan lima pulau utama yakni Pulau Komodo, Pulau Padar, Pulau Rinca, Gili Motang, Nusa Kode dan juga pulau-pulau kecil lainnya. Kepulauan tersebut dinyatakan sebagai Taman nasional untuk melindungi Komodo yang terancam punah dan habitatnya serta keanekaragaman hayati didalam wilayah tersebut. Taman lautnya dibentuk untuk melindungi biota laut yang sangat beragam yang terdapat disekitar kepulauan tersebut, termasuk yang terkaya di bumi.
Taman Nasional komodo terletak di kawasan Wallacea Indonesia. Kawasan Wallacea terbentuk dari pertemuan dua benua yang membentuk deretan unik kepulauan bergunung api, dan terdiri atas campuran burung serta hewan dari kedua benua Autralia dan Asia. Terdapat 254 spesies tumbuhan yang berasal dari Asia dan Australia di Taman Nasional Komodo. Selain itu, juga terdapat 58 jenis binatang dan 128 jenis burung. Perpaduan berbagai vegetasi di Taman Nasional Komodo memberikan lingkungan yang baik bagi berbagai jenis binatang dalam kawasan ini.
Terdapat empat kampung di dalam Taman Nasional Komodo. Pulau Komodo memiliki satu kampung yakni kampung Komodo; Pulau Rinca memiliki dua kampung yakni Rinca dan Kerora, dan Pulau Papagarang memiliki satu kampung yakni kampung Papagaran. Hingga tahun 2010, masyarakat yang tinggal di dalam kawasan berjumlah 4.251 orang dan sebagian besar masyarakat bermata pencaharian sebagai Nelayan. Mayoritas masyarakat memeluk agama Islam.
Sejarah
Satwa Komodo menjadi terkenal di dunia ilmu pengetahuan sejak tahun 1911 ketika P.A.Ouwens seorang kurator pada Museum Zoologi Bogor menerima laporan tentang penemuan satwa ini dari Perwira Pemerintah Hindia Belanda J.K.H. Van Steyn, yang selanjutnya diberi nama Varanus komodensis Ouwens pada tahun 1912 pada tulisan P.A. Ouwens yang berjudul "On a Large Species from The Island of Komodo". Dari penemuan ini muncul kesadaran dari berbagai pihak untuk menjaga kelestarian satwa ini, hal ini terlihat adanya beberapa peraturan yang memuat upaya perlindungan Satwa Komodo, yaitu:
- SK. Sultan Bima tahun 1915 tentang Perlindungan Komodo (Verordening van het Sultanat van Bima).
- SK Pemerintah Daerah Manggarai tahun 1926 tentang Perlindungan Komodo (Besluit van het Zelfbestuur van het Landschap Manggarai).
- SK Residen Timor tahun 1927 tentang pengesahan SK Pemerintah Daerah Manggarai pada butir 2 di atas.
- Zelfbestuur van Manggarai, verordening No. 32/24 September 1938 tentang Pembentukan Suaka Margasatwa Pulau Padar, Bagian Barat dan Selatan Pulau Rinca.
- Residen van Timor en onder horigheden No. 19/27 Januari 1939 (Pengesahan Peraturan Daerah pada butir 1)
- Surat Keputusan Menteri Kehutanan No.66/Dep.Keh/1965 tanggal 21 Oktober 1965 tentang Penunjukkan Pulau Komodo sebagai Suaka Margasatwa seluas 31.000 Ha.
- Surat Keputusan Gubernur KDH Tk. I Nusa Tenggara Timur No.32 Tahun 1969 tanggal 24 Juni 1969 tentang penunjukkan Pulau Padar, Pulau Rinca dan Daratan Wae Wuul/Mburak sebagai Hutan Wisata/ Suaka Alam seluas 20.500 Ha.
- Surat Keputusan Dirjen Kehutanan No.97/Tap/Dit Bina/1970, tentang Pembentukan Seksi PPA di Labuan Bajo.
- Pengumuman Menteri Petanian tanggal 6 Maret 1980 tentang Pembentukan Taman Nasional Komodo.
- Keputusan Dirjen PHPA No.46/Kpts/VI-Sek/84 tanggal 11 Desember 1984 tentang Penunjukkan Wilayah Kerja Taman Nasional Komodo.
- Keputusan Menteri Kehutanan No.306/Kpts-II/92 tanggal 29 Pebruari 1992 tentang Perubahan Fungsi Suaka Margasatwa Pulau Komodo, Pulau Rinca, Pulau Padar seluas 40.728 Ha serta Penunjukkan Perairan Laut di sekitarnya seluas 132.572 Ha yang terletak di Kabupaten Dati II Manggarai Provinsi Dati I Nusa Tenggara Timur menjadi Taman Nasional dengan nama Taman Nasional Komodo.
- Tahun 1992, Komodo ditetapkan oleh Presiden RI sebagai Simbol Satwa Nasional melalui Keppres No. 4 Tahun 1992 tanggal 9 Januari 1992.
- Tahun 1992, Perubahan fungsi Suaka Margasatwa Pulau Komodo, Pulau Rinca dan Pulau Padar seluas 40.728 Ha dan Penunjukan Perairan Laut seluas 132.572 Ha menjadi Taman Nasional Komodo.
- Tahun 2000, ditetapkan kawasan pelestarian alam perairan oleh Menteri Kehutanan dengan luas 132.572 Ha.
- Tahun 2006, Taman Nasional Komodo
termasuk 21 Taman Nasional Model di Indonesia sesuai dengan SK Direktur
Jenderal PHKA Nomor SK.128/IV-Sek/2006 tentang Perubahan Keputusan
Direktur Jenderal PHKA Nomor SK.69/IV-Set/HO/2006 tentang penunjukkan 20
(Dua puluh) Taman Nasional sebagai Taman Nasional Model.
Potensi Flora
Ekosistem Taman Nasional Komodo dipengaruhi oleh iklim yang dihasilkan dari musim kemarau panjang, suhu udara tinggi dan curah hujan rendah. Disamping itu Taman Nasional Komodo terletak dalam zonasi transisi antara flora dan fauna Asia dan Australia. Ekosistem perairannya dipengaruhi oleh dampak El-Nino/La Nina, yang berakibat memanasnya lapisan air laut di sekitarnya dan sering terjadi arus laut yang kuat. Berikut adalah tipe-tipe vegetasi yang terdapat di Taman Nasional Komodo ;
Padang Rumput dan Hutan Savana Terdapat Padang Rumput dan Hutan Savana yang luasnya mencapai kurang lebih 70% dari luas Taman Nasional Komodo. Tumbuh berbagai jenis rumput di antaranya; Setaria adhaerens, Chloris barbata, Heteropogon contortus, Themeda gigantea dan Themeda gradiosa yang diselingi oleh pohon lontar (Borassus flobellifer) yang merupakan tumbuhan khas dari Tempat ini.
Hutan Tropis Musim (dibawah 500 m dpl) Sekitar 25% dari luas kawasan Komodo meruapakan vegetasi hutan tropis musim dengan jenis tumbuhan, antara lain : kesambi (Schleichera oleosa), asem (Tamarindus indica), kepuh (Sterculia foetida), dan beberapa jenis tumbuhan lainnya.
Hutan di atas 500 m dpl pada ketinggian di atas 500 m dpl. Di puncak-puncak bukit, vegetasinya antara lain; Collophyllum spectobile, Colona kostermansiana, Glycosmis pentaphylla, Ficus urupaceae, Mischarpus sundaicus, Podocarpus netrifolia, Teminalia zollingeri, Uvaria ruva, rotan (Callamus sp.), bambu (Bambusa sp.), dan pada tempat yang cukup teduh biasanya ditemukan lumut yang hidup menempel di bebatuan.
Potensi Fauna
Jenis-jenis Fauna yang terdapat di Taman Nasional Komodo antara lain;
Komodo (Varanus komodoensis) Komodo hidup di beberapa pulau kecil di bagian tenggara Indonesia. Di dalam kawasan Taman Nasional Komodo, komodo hanya ditemukan di Pulau Komodo, Pulau Rinca, Gili Motang dan Nusa Kode. Komodo tidak ditemukan di tempat lain lagi di atas bumi ini, selain di tempat tadi.
Saat ini, terdapat 2,793 ekor komodo di dalam kawasan Taman Nasional Komodo. 1,288 ekor terdapat di Pulau Komodo, 1,336 ekor di Pulau Rinca, 83 ekor di Gili Motang dan 86 ekor di Nusa Kode. Sedangkan di Pulau Padar komodo tidak ditemukan lagi. Komodo dapat ditemukan hampir di semua tempat di Komodo, Rinca, Gili Motang dan Nusa Kode. Mereka dapat ditemukan di hutan hujan, dalam Savanna dan di Pantai.
Komodo adalah binatang pemakan daging atau karnivora. Komodo yang masih muda memangsa serangga, cicak dan burung sebagai makanannya. Komodo muda ini sampai berumur dua tahun menghabiskan sebagian besar waktu mereka di pohon untuk melindungi diri dari serangan komodo yang lebih besar atau predator lainnya seperti babi hutan. Komodo dewasa memangsa rusa, babi hutan, kuda, dan kerbau air. Komodo juga memakan bangkai binatang.
Komodo menggunakan lidahnya untuk mencium bau dan dapat mencium bau hingga jarak 5 km. air liur komodo mengandung banyak bakteri mematikan. Terdapat lebih dari 60 jenis bakteri yang terdapat di dalam air liur komodo dan paling tidak salah satu di antaranya dapat menyebabkan keracunan pada darah. Mangsa yang digigit dapat mati dalam waktu sehari sampai beberapa minggu akibat keracunan dalam darahnya.
Musim kawin komodo terjadi pada bulan Juli - Agustus. Komodo betina dapat menghasilkan telur lebih dari 30 butir setiap sarang dan akan menetas 6 - 9 bulan kemudian.
Mamalia Antara lain, rusa (Cervus timorensis), anjing hutan (Cuon alpinus), babi hutan (Sus scrofa), Monyet ekor panjang (Macaca fascicularis), kuda liar (Equus caballus) dan kerbau liar (Bubalus bubalis), musang (Paradoxurus hermaphroditus), tikus besar Rinca (Ratus ritjanus), dan kalong buah (Cynopterus brachyotis dan Pteropsis sp.)
Burung Tercatat terdapat 111 jenis burung, antara lain ; burung gosong (Megapodius reinwardt), kakatua jambul kuning (Cacatua sulphurea), perkutut (Geopelia streptriata), tekukur (Streptopelia chinensis), pergam hijau (Ducula aenea), Philemon buceroides, burung raja udang (Halcyon chloris), dan burung kacamata laut (Zosterops chloris).
- Reptil
Keanekaragaman Hayati Perairan dan Lahan Basah
Potensi Flora
Terdapat di teluk yang terlindungi dari hempasan gelombang. Jenis vegetasinya, antara lain; Rhizophora sp., Rhizophora mucronata, dan Lumnitzera racemosa merupakan jenis vegetasi yang dominan. Namun secara umum terdapat pula api-api (Avicennia marina), Bruguiera sp., Capparis seplaria, Ceriops tagal, dan Sonneratia alba. Komunitas Mangrove di Taman Nasional Komodo merupakan penghalang/benteng fisik alami terhadap Erosi Tanah dan akarnya menjadi tempat pembiakan, berpijah, dan daerah perlindungan bagi ikan, kepiting, udang, dan moluska.
Potensi Sumberdaya Perikanan
Terumbu karang di perairan Taman Nasional Komodo termasuk yang terindah di dunia. Berbagai bentuk dan warna karang keras dan karang lunak sangat menarik untuk dilihat. Terdapat lebih dari 1000 jenis ikan, 260 jenis karang dan 70 jenis bunga karang (sponge) dan banyak Invertebrata lain yang dapat dijumpai di banyak tecorampat di Taman Nasional Komodo. Acropora spp, Favites sp, Leptoria sp, Fungia sp, Sarcophyton sp dan Xenia sp adalah jenis karang yang umum dijumpai.
Selain itu dapat dijumpai juga berbagai jenis spesies gorgonians, sea fan, sea pens, anemon dengan clown fish, Bintang Laut, christmas tree worms, kima (Tridacna sp), lobster, nudibranchs, dll. Berbagai ikan karang hidup di sini, di antaranya Chaetodon spp, Amychiprion spp, 8 jenis kereapu dan Napoleon (Chelinus undulatus). Selain itu perairan Taman Nasional Komodo merupakan jalur Migrasi 5 jenis Paus, 10 jenis Lumba-lumba dan Duyung (Dugong Dugon).
Obyek Daya Tarik Wisata Alam
Daya tarik utama Taman Nasional Komodo yaitu adanya reptil raksasa purba Biawak Komodo (Varanus komodoensis), tetapi keaslian dan kekhasan alamnya, khususnya panorama Savana dan Panorama bawah laut, merupakan daya tarik pendukung yang potensial. Wisata bahari misalnya, memancing, snorkeling, diving, kano, bersampan. Sedangkan di daratan, potensi wisata alam yang bisa dilakukan adalah pengamatan satwa, hiking, dan camping. Mengunjungi Taman Nasional Komodo dan menikmati pemandangan alam yang sangat menawan merupakan pengalaman yang tidak akan pernah terlupakan.
Obyek wisata yang menarik di antaranya;
Loh Liang di Pulau Komodo
Loh Liang merupakan pintu masuk dan daerah wisata utama di Pulau Komodo. Aktivitas yang dapat dilakukan di Loh Liang antara lain pengamatan satwa komodo, rusa, babi hutan, pengamatan burung, pendakian (Loh Liang - Gunung Ara), penjelajahan (Loh Liang - Loh Sebita), Photo hunting, video shooting, Menyelam dan snorkeling di Pantai Merah (Pink beach).
Pantai Merah merupakan pantai dangkal yang indah dengan terumbu karang yang menawan. Aktivitas yang biasa dilakukan oleh turis yang berkunjung adalah snorkeling, diving dan mandi matahari.
Loh Sebita merupakan daerah mangrove dan aktivitas yang cukup menarik untuk dilakukan adalah pengamatan burung serta treking. Di Loh Liang terdapat fasilitas yang tersedia bagi pengunjung yakni pondok wisata, pusat informasi, cafetaria, dermaga, shelter dan jalan setapak.
Loh Buaya di Pulau Rinca
Loh Buaya merupakan pusat kunjungan wisatawan di Pulau Rinca. Pengunjung dapat menyaksikan hutan bakau, padang savana serta satwa liar misalnya komodo, rusa timor, kerbau liar, monyet ekor panjang, kuda liar serta berbagai jenis burung.
Aktivitas yang ditawarkan kepada pengunjung di Loh Buaya antara lain pengamatan satwa liar, penjelajahan (Loh Buaya - Wae Waso, Loh Buaya - Golo Kode), photo hunting, video shooting, pengamatan kalong di Pulau Kalong (depan Kampung Rinca) dan pengamatan batu balok di kampung Rinca.
Fasilitas yang tersedia di Loh Buaya antara lain pondok wisata, cafetaria, shelter dan jalan setapak.
Di Pulau Kalong, aktivitas yang dapat dilakukan antara lain pengamatan koloni kelelawar dalam jumlah yang cukup besar. Pengamatan paling menarik dilakukan pada saat sore hari ketika kelelawar mulai keluar untuk mencari makan.
Dari puncak bukit yang dikenal dengan Golo Kode, pengunjung dapat menyaksikan panorama dan bentang alam yang cukup fantastik karena keterwakilan berbagai tipe ekosistem dapat disaksikan dari tempat ini.
Pulau Padar
Padar adalah Pulau kecil yang terletak di antara pulau Komodo dan Pulau Rinca. Pulau Padar memiliki pantai yang sangat indah dan tempat yang sangat baik untuk menyelam dan snorkling.
Zonasi
Tipe-tipe Zonasi di Taman Nasional Komodo;
- Zona Inti, zona ini memiliki luas 34.311 Ha dan merupakan zona yang mutlak dilindungi, di dalamnya tidak diperbolehkan adanya perubahan apapun oleh aktivitas manusia, kecuali yang berhubungan dengan ilmu pengetahuan, pendidikan dan penelitian
- Zona Rimba, zona ini memiliki luas 66.921,08 Ha merupakan zona yang di dalamnya tidak diperbolehkan adanya aktivitas manusia sebagaimana pada zona inti kecuali kegiatan wisata alam terbatas.
- Zona Perlindungan Bahari, zona ini memiliki luas 36.308 Ha adalah daerah dari garis pantai sampai 500 m ke arah luar dari garis isodepth 20 m sekeliling bats karang dan pulau, kecuali pada zona pemanfaatan tradisional bahari. Pada zona ini tidak boleh dilakukan kegiatan pengambilan hasil laut, seperti halnya pada zona inti kecuali kegiatan wisata alam terbatas.
- Zona Pemanfaatan Wisata Daratan, zona ini memiliki luas 824 Ha dan diperuntukkan secara intensif hanya bagi wisata alam daratan.
- Zona Pemanfatan Wisata Bahari, zona ini memiliki luas 1.584 Ha dan diperuntukkan secara intensif bagi wisata alam perairan.
- Zona Pemanfaatan Tradisional Daratan, zona ini memiliki luas 879 Ha, zona yang dapat dilakukan kegiatan untuk mengakomodasi kebutuhan dasar penduduk asli dalam kawasan dengan ijin hak khusus pemanfaatan oleh Kepala Balai TN. Komodo.
- Zona Pemanfaatan Tradisional Bahari, zona ini memiliki luas 17.308 Ha, zona yang dapat dilakukan kegiatan untuk mengakomodasi kebutuhan dasar penduduk asli dalam kawasan dengan ijin hak khusus pemanfaatan oleh Kepala Balai TN. Komodo. Pada zona ini dapat dilakukan pengambilan hasil laut dengan alat yang ramah lingkungan (pancing, bagan, huhate, dan paying).
- Zona Khusus Pemukiman, zona ini memiliki luas 298 Ha, zona untuk bermukim hanya bagi penduduk asli dengan peraturan tertentu dari kepala Balai TN. Komodo bekerjasama dengan pemerintah daerah setempat.
- Zona Khusus Pelagis, zona ini memiliki luas 59.601 hektar. Pada zona ini dapat dilakukan kegiatan penangkapan ikan dan pengambilan hasil laut lainnya yang tidak dilindungi dengan alat yang amah lingkungan (pancing, bagan, huhate, dan payang) serta kegiatan wisata/ rekreasi.
- Maps Klik Disini
Galeri
Langganan:
Postingan (Atom)