VIVAnews - Ketua Dewan Pembina
Partai Gerindra, Prabowo Subianto, menyampaikan keprihatinannya akan
kondisi umat Islam yang merupakan penduduk mayoritas di Indonesia,
cenderung lemah dan miskan. Padahal, kata dia, Islam di Indonesia pernah
gemilang dengan kekuatan ekonominya.
"Kalo masyarakat lemah dan miskin maka tidak ada ekonomi yang
gemilang. Karena bangsa-bangsa tumbuh dalam keadaan bersaing untuk
bertahan hidup, bersaing merebut tanah dan air serta sumberdaya alam," kata Prabowo di Jakarta, Rabu 2 April 2014.
Purnawirawan jenderal bintang tiga ini meminta kepada para ulama
dan tokoh pesantren untuk tidak berdiam dalam kondisi bangsa yang terus
dihantui oleh kemiskinan. Ia meminta para tokoh agama terutama
Nahdlatul Ulama untuk turun gunung dan membangun bangasa.
"Kondisi ini tidak bisa kita diamkan. Kita itu diberikan karunia
kekayaan oleh Tuhan tetapi kita tidak bisa menjaga dan mengelolanya.
Sehingga akhirnya setiap tahun kita terus berhutang. Artinya kita selalu
berhutang diatas kekayaan kita," katanya.
Mantan Danjen Kopassus ini mengaku sangat dekat dengan tokoh
Nahdlatul Ulama (NU) karena saat masih menjadi tentara, kala ditugaskan
ke daerah operasi, kyai NU orang yang pertama ditemuinya.
"Saya ini dekat dengan NU, karena saya bekas tentara, dan tentara
dekat dengan para kyai. Karena kalau kita dikirim ke daerah konflik maka
yang pertama kita temui adalah kyai," ujarnya.
Banyak hal yang dibicarakan setiap ia ditugaskan dalam sebuah opersi militer. Diantaranya, kata dia, meminta doa dan amalan dari para kyai untuk menghadapi maut dalam bertugas.
"Jadi ketika kita berangkat maka kita siap mati. Karena itu TNI selalu dekat dengan NU," kata Prabowo.
Dalam Sarasehan Nasional Ulama Pesantren dan Cendikiawan yang di
selenggarak Pengurus Besar Nahatul Ulama (PBNU) Prabowo meminta semua
kyai dan nahdiyin untuk berpatisipasi langsung dalam pemilu 9 April
2014.
"Sebentar lagi kita melaksanakan suatu hajat besar. Suatu pemilihan dimana rakyat Indonesia akan menentukan wakil di DPR. Ini adalah momentum untuk mengubah arah ke depan kita harus bersama." (ren)