Jumat, 29 Juli 2011

Kebenaran Al Quran secara sains

Pembungkusan Tulang oleh Otot

Sisi penting lain tentang informasi yang disebutkan dalam ayat-ayat Al Qur'an adalah tahap-tahap pembentukan manusia dalam rahim ibu. Disebutkan dalam ayat tersebut bahwa dalam rahim ibu, mulanya tulang-tulang terbentuk, dan selanjutnya terbentuklah otot yang membungkus tulang-tulang ini.
"Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang-belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha Sucilah Allah, Pencipta Yang Paling Baik" (Al Qur'an, 23:14)



Embriologi adalah cabang ilmu yang mempelajari perkembangan embrio dalam rahim ibu. Hingga akhir-akhir ini, para ahli embriologi beranggapan bahwa tulang dan otot dalam embrio terbentuk secara bersamaan. Karenanya, sejak lama banyak orang yang menyatakan bahwa ayat ini bertentangan dengan ilmu pengetahuan. Namun, penelitian canggih dengan mikroskop yang dilakukan dengan menggunakan perkembangan teknologi baru telah mengungkap bahwa pernyataan Al Qur'an adalah benar kata demi katanya.



Penelitian di tingkat mikroskopis ini menunjukkan bahwa perkembangan dalam rahim ibu terjadi dengan cara persis seperti yang digambarkan dalam ayat tersebut. Pertama, jaringan tulang rawan embrio mulai mengeras. Kemudian sel-sel otot yang terpilih dari jaringan di sekitar tulang-tulang bergabung dan membungkus tulang-tulang ini.



Peristiwa ini digambarkan dalam sebuah terbitan ilmiah dengan kalimat berikut:
Dalam minggu ketujuh, rangka mulai tersebar ke seluruh tubuh dan tulang-tulang mencapai bentuknya yang kita kenal. Pada akhir minggu ketujuh dan selama minggu kedelapan, otot-otot menempati posisinya di sekeliling bentukan tulang. (Moore, Developing Human, 6. edition,1998.)
Singkatnya, tahap-tahap pembentukan manusia sebagaimana digambarkan dalam Al Qur'an, benar-benar sesuai dengan penemuan embriologi modern

Garis Edar

Tatkala merujuk kepada matahari dan bulan di dalam Al Qur'an, ditegaskan bahwa masing-masing bergerak dalam orbit atau garis edar tertentu.
"Dan Dialah yang telah menciptakan malam dan siang, matahari dan bulan. Masing-masing dari keduanya itu beredar di dalam garis edarnya." (Al Qur'an, 21:33)



Disebutkan pula dalam ayat yang lain bahwa matahari tidaklah diam, tetapi bergerak dalam garis edar tertentu:
"Dan matahari berjalan di tempat peredarannya. Demikianlah ketetapan Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui." (Al Qur'an, 36:38)



Fakta-fakta yang disampaikan dalam Al Qur'an ini telah ditemukan melalui pengamatan astronomis di zaman kita. Menurut perhitungan para ahli astronomi, matahari bergerak dengan kecepatan luar biasa yang mencapai 720 ribu km per jam ke arah bintang Vega dalam sebuah garis edar yang disebut Solar Apex. Ini berarti matahari bergerak sejauh kurang lebih 17.280.000 kilometer dalam sehari. Bersama matahari, semua planet dan satelit dalam sistem gravitasi matahari juga berjalan menempuh jarak ini. Selanjutnya, semua bintang di alam semesta berada dalam suatu gerakan serupa yang terencana.



Keseluruhan alam semesta yang dipenuhi oleh lintasan dan garis edar seperti ini, dinyatakan dalam Al Qur'an sebagai berikut:
"Demi langit yang mempunyai jalan-jalan." (Al Qur'an, 51:7)
Terdapat sekitar 200 milyar galaksi di alam semesta yang masing-masing terdiri dari hampir 200 bintang. Sebagian besar bintang-bintang ini mempunyai planet, dan sebagian besar planet-planet ini mempunyai bulan. Semua benda langit tersebut bergerak dalam garis peredaran yang diperhitungkan dengan sangat teliti. Selama jutaan tahun, masing-masing seolah "berenang" sepanjang garis edarnya dalam keserasian dan keteraturan yang sempurna bersama dengan yang lain. Selain itu, sejumlah komet juga bergerak bersama sepanjang garis edar yang ditetapkan baginya.
Garis edar di alam semesta tidak hanya dimiliki oleh benda-benda angkasa. Galaksi-galaksi pun berjalan pada kecepatan luar biasa dalam suatu garis peredaran yang terhitung dan terencana. Selama pergerakan ini, tak satupun dari benda-benda angkasa ini memotong lintasan yang lain, atau bertabrakan dengan lainnya. Bahkan, telah teramati bahwa sejumlah galaksi berpapasan satu sama lain tanpa satu pun dari bagian-bagiannya saling bersentuhan.
Dapat dipastikan bahwa pada saat Al Qur'an diturunkan, manusia tidak memiliki teleskop masa kini ataupun teknologi canggih untuk mengamati ruang angkasa berjarak jutaan kilometer, tidak pula pengetahuan fisika ataupun astronomi modern. Karenanya, saat itu tidaklah mungkin untuk mengatakan secara ilmiah bahwa ruang angkasa "dipenuhi lintasan dan garis edar" sebagaimana dinyatakan dalam ayat tersebut. Akan tetapi, hal ini dinyatakan secara terbuka kepada kita dalam Al Qur'an yang diturunkan pada saat itu: karena Al Qur'an adalah firman Allah.

Rahasia Besi

Besi adalah salah satu unsur yang dinyatakan secara jelas dalam Al Qur'an. Dalam Surat Al Hadiid, yang berarti "besi", kita diberitahu sebagai berikut:
"…Dan Kami turunkan besi yang padanya terdapat kekuatan yang hebat dan berbagai manfaat bagi manusia ...." (Al Qur'an, 57:25)

Kata "anzalnaa" yang berarti "kami turunkan" khusus digunakan untuk besi dalam ayat ini, dapat diartikan secara kiasan untuk menjelaskan bahwa besi diciptakan untuk memberi manfaat bagi manusia. Tapi ketika kita mempertimbangkan makna harfiah kata ini, yakni "secara bendawi diturunkan dari langit", kita akan menyadari bahwa ayat ini memiliki keajaiban ilmiah yang sangat penting.

Ini dikarenakan penemuan astronomi modern telah mengungkap bahwa logam besi yang ditemukan di bumi kita berasal dari bintang-bintang raksasa di angkasa luar.



Logam berat di alam semesta dibuat dan dihasilkan dalam inti bintang-bintang raksasa. Akan tetapi sistem tata surya kita tidak memiliki struktur yang cocok untuk menghasilkan besi secara mandiri. Besi hanya dapat dibuat dan dihasilkan dalam bintang-bintang yang jauh lebih besar dari matahari, yang suhunya mencapai beberapa ratus juta derajat. Ketika jumlah besi telah melampaui batas tertentu dalam sebuah bintang, bintang tersebut tidak mampu lagi menanggungnya, dan akhirnya meledak melalui peristiwa yang disebut "nova" atau "supernova". Akibat dari ledakan ini, meteor-meteor yang mengandung besi bertaburan di seluruh penjuru alam semesta dan mereka bergerak melalui ruang hampa hingga mengalami tarikan oleh gaya gravitasi benda angkasa.



Semua ini menunjukkan bahwa logam besi tidak terbentuk di bumi melainkan kiriman dari bintang-bintang yang meledak di ruang angkasa melalui meteor-meteor dan "diturunkan ke bumi", persis seperti dinyatakan dalam ayat tersebut: Jelaslah bahwa fakta ini tidak dapat diketahui secara ilmiah pada abad ke-7 ketika Al Qur'an diturunkan.





Kadar Hujan

Fakta lain yang diberikan dalam Al Qur’an mengenai hujan adalah bahwa hujan diturunkan ke bumi dalam kadar tertentu. Hal ini disebutkan dalam Surat Az Zukhruf sebagai berikut;
"Dan Yang menurunkan air dari langit menurut kadar (yang diperlukan) lalu Kami hidupkan dengan air itu negeri yang mati, seperti itulah kamu akan dikeluarkan (dari dalam kubur)." (Al Qur'an, 43:11)
Kadar dalam hujan ini pun sekali lagi telah ditemukan melalui penelitian modern. Diperkirakan dalam satu detik, sekitar 16 juta ton air menguap dari bumi. Angka ini menghasilkan 513 trilyun ton air per tahun. Angka ini ternyata sama dengan jumlah hujan yang jatuh ke bumi dalam satu tahun. Hal ini berarti air senantiasa berputar dalam suatu siklus yang seimbang menurut "ukuran atau kadar" tertentu. Kehidupan di bumi bergantung pada siklus air ini. Bahkan sekalipun manusia menggunakan semua teknologi yang ada di dunia ini, mereka tidak akan mampu membuat siklus seperti ini.
Bahkan satu penyimpangan kecil saja dari jumlah ini akan segera mengakibatkan ketidakseimbangan ekologi yang mampu mengakhiri kehidupan di bumi. Namun, hal ini tidak pernah terjadi dan hujan senantiasa turun setiap tahun dalam jumlah yang benar-benar sama seperti dinyatakan dalam Al Qur’an.
Sumber:kaSkus.us

Kebenaran Al Quran yang terungkap (Dalam dasar laut)


http://supermilan.wordpress.com
Jika Anda termasuk orang yang gemar menonton acara TV `Discovery’ pasti kenal Mr. Jacques Yves Costeau. Dia seorang ahli oceanografer dan ahli selam terkemuka dari Perancis. Orang tua yang berambut putih ini sepanjang hidupnya menyelam ke berbagai dasar samudera di seantero dunia dan membuat film dokumenter tentang keindahan alam dasar laut.
Sungai di Dasar Laut Merupakan Bukti Kebenaran Al Qur’anPada suatu hari ketika sedang melakukan eksplorasi di bawah laut, tiba-tiba ia menemui beberapa kumpulan mata air tawar segar yang sangat sedap rasanya karena tidak bercampur dengan air laut yang asin di sekelilingnya. Seolah-olah ada dinding atau membran yang membatasi keduanya.
Fenomena ganjil itu membingungkan Mr. Costeau dan mendorongnya untuk mencari penyebab terpisahnya air tawar dari air asin di tengah-tengah lautan. Ia mulai berpikir, jangan-jangan itu hanya halusinansi atau khalayan sewaktu menyelam. Waktu pun terus berlalu setelah kejadian tersebut, namun ia tak kunjung mendapatkan jawaban yang memuaskan tentang fenomena ganjil tersebut.
Sampai pada suatu hari ia bertemu dengan seorang profesor Muslim, kemudian ia pun menceritakan fenomena ganjil itu. Profesor itu teringat pada ayat Al Quran tentang bertemunya dua lautan, yaitu Quran Surat Ar-Rahman ayat 19-20 yang sering diidentikkan dengan Terusan Suez. Ayat itu berbunyi “Marajal bahraini yaltaqiyaan, bainahumaa barzakhun laa yabghiyaan.. .”Artinya: “Dia biarkan dua lautan bertemu, di antara keduanya ada batas yang tidak bisa ditembus.” Kemudian dibacakan surat Al Furqan ayat 53 di atas.
Sungai di Dasar Laut Merupakan Bukti Kebenaran Al Qur’an- 
Sungai di Dasar Laut Merupakan Bukti Kebenaran Al Quran
“Akan Kami perlihatkan secepatnya kepada mereka kelak, bukti-bukti kebenaran Kami di segenap penjuru dunia ini dan pada diri mereka sendiri, sampai terang kepada mereka, bahwa al-Quran ini suatu kebenaran. Belumkah cukup bahwa Tuhan engkau itu menyaksikan segala sesuatu. ” (QS Fushshilat : 53)

“Dan Dialah yang membiarkan dua laut mengalir (berdampingan); yang ini tawar lagi segar dan yang lain asin lagi pahit. Dan Dia jadikan antara keduanya dinding dan batas yang menghalangi.” (Q.S Al Furqan:53)
 Selain itu, dalam beberapa kitab tafsir, ayat tentang bertemunya dua lautan tapi tak bercampur airnya diartikan sebagai lokasi muara sungai, di mana terjadi pertemuan antara air tawar dari sungai dan air asin dari laut.
Namun tafsir itu tidak menjelaskan ayat berikutnya dari surat Ar-Rahman ayat 22 yang berbunyi “Yakhruju minhuma lu’lu`u wal marjaan” artinya “Keluar dari keduanya mutiara dan marjan.” Padahal di muara sungai tidak ditemukan mutiara.
Sungai di Dasar Laut Merupakan Bukti Kebenaran Al Qur’an
Terpesonalah Mr. Costeau mendengar ayat-ayat Al Qur’an itu, melebihi kekagumannya melihat keajaiban pemandangan yang pernah dilihatnya di lautan yang dalam. Al Qur’an ini mustahil disusun oleh Nabi Muhammad SAW yang hidup di abad ke tujuh, suatu zaman saat belum ada peralatan selam yang canggih untuk mencapai lokasi yang jauh terpencil di kedalaman samudera.
Benar-benar suatu mukjizat, berita tentang fenomena ganjil 14 abad yang silam akhirnya terbukti pada abad 21. Mr. Costeau pun berkata bahawa Al Qur’an memang sesungguhnya kitab suci yang berisi firman Allah, yang seluruh kandungannya mutlak benar. Dengan seketika dia pun memeluk Islam.

Kamis, 21 Juli 2011

Perjalanan Menuju Islam Seorang Warga Amerika

Perjalanan menuju Islam adalah perjalanan yang cukup panjang bagi Fred, seorang Muslim Amerika. Ia pernah mempelajari berbagai keyakinan, mulai dari Yudaisme, Kristen sampai akhirnya ia menjadi seorang atheis, karena agama-agama yang ia pelajari tidak memuaskan hatinya.
Agama-agama itu tidak menjawab keinginannya sebagai agama yang ia anggap cukup masuk akal, agama yang menjelaskan seluruh aspek kehidupan, agama yang mengajarkan kepekaan. Agama-agama yang ia pelajari, Yudaisme dan Kristen saling tuding bahwa agama lain di luar agama itu, salah.
Suatu hari, ketika Fred berkunjung ke perpustakaan umum di Columbus, Ohio secara tak sengaja ia melihat sebuah buku bertuliskan 'The Holy Qur'an'. "Saya tidak tahu menahu tentang Qur'an, saya bahkan cuma tahu sedikit tentang Islam-saya tahu pasti, Islam adalah agama yang mengajarkan kekerasan dan terorisme," aku Fred pada situs WhyIslam.
Tapi Fred tetap membaca-baca 'buku' itu dan ia merasa bahasa dalam 'buku' tersebut ketinggalan zaman dan sulit dipahami. "Butuh belajar untuk memahaminya. Oleh sebab itu saya membeli al-Qu'an di sebuah toko buku dan mulai mempelajari 'buku' yang aneh itu," ujar Fred.
Membaca al-Quran, membuat Fred terkjut sekaligus makin tertarik untuk untuk mempelajarinya. Terkejut, karena di dalam 'buku' tersebut terdapat 114 surat yang menurut Fred tidak ada yang baru. Surat-surat itu, ujar Fred, merupakan pernyataan kembali dan penyederhanaan dari isi Kitab Perjanjian Lama dan Kita Perjanjian Baru.
"Buku ini, al-Quran, adalah penyaringan bagian-bagian yang penting dari kedua kitab perjanjian itu," kata Fred.
Dan yang membuat Fred makin tertarik dengan al-Qur'an, antara lain ayat-ayat yang menceritakan tentang penciptaan dunia oleh Allah swt dan kasih sayangNya pada umat manusia.
Al-Qur'an membuat Fred ingin tahu lebih banyak tentang agama Islam. Ia tercengang saat mengetahui bahwa di AS ada sekitar tujuh sampai sepuluh juta Muslim. Dan ia makin tercengang bahwa Muslim di AS, laki-laki dan perempuan adalah orang-orang bisa seperti dirinya. Bukan orang-orang teroris, suka memukul perempuan dan tidak toleran terhadap cara pandang orang lain, seperti yang ia dengar selama ini.
Pekerjaan Fred membuatnya sering bepergian. Dalam setiap perjalanannya, Fred terus belajar tentang Islam. Ia berkunjung ke masjid-masjid di Columbus, Ohio, berdialog dengan tokoh-tokoh Islam di Sacramento, California, mengunjungi festival-festival Islam di Portland, Oregon atau makan bersama dengan Muslim di Tucson, Arizona.
"Saya menemukan bahwa komunitas Muslim adalah komunitas yang hangat, perhatian dan mau berbagi apapun yang mereka punya dengan saya, tanpa melontarkan pertanyaan-pertanyaan," tukas Fred.
Dua tahun kemudian, Fred merasa Islam-lah agama yang tepat untuknya. Ia pun mulai mencari informasi tentang syarat-syarat menjadi seorang Muslim. Dan syaratnya bagi Fred ternyata cukup mudah.
"Saya cuma diminta untuk mengucapkan bahwa 'Tiada Tuhan selain Allah, dan Nabi Muhammad adalah utusan Allah," cerita Fred mengenang kembali awal ia menjadi seorang Muslim.
Fred belajar salat dengan beberapa Muslim. Dari sana ia tahu, salat lima waktu sehari merupakan kesempatan bagi setiap Muslim untuk meninggalkan sejenak urusan dunia dan meluangkan waktu untuk berdialog langsung dengan Allah swt.
Fred juga belajar bahwa terorisme ada di mana saja, baik agama atau kelompok politik. Di Irlandia Utara, ada kelompok Kristen Protestan dan Katolik yang mengatasnamakan agama untuk melakukan tindak kekerasan, di AS ada kelompok-kelompok kulit putih yang melakukan tindakan sama atas nama supremasi kulit putih dan ada kelompok Kristen ultrakonservatif, di Afrika Selatan ada kelompok kulit putih yang menerapkan apartheid, dan masih banyak lagi kelompok lainnya.
Terkait perempuan, Fred mengakui bahwa al-Qur'an dengan jelas mengatakan bahwa di mata Allah swt tidak ada perbedaan gender. Jika pun masih ada diskriminasi antara laki-laki dan perempuan di beberapa negara Muslim, itu tidak lebih hanya pengaruh budaya dan bukan ajaran Islam.
Tentang Yesus, Fred mengatakan bahwa banyak non-Muslim yang kagum dengan al-Qur'an karena al-Qur'an berbicara tentang Yesus dan Maryam dengan sangat hormat. Tapi Islam hanya mengakui Yesus sebagai salah seorang Nabi yang diberi mukjizat oleh Allah swt, Islam tidak memandang Yesus sebagai Tuhan.
"Intinya, Islam adalah perluasan dari Yudaisme dan Kristen, Islam menghormati penganut kedua keyakinan itu. Qur'an mempertegas apa yang disinggung dalam kitab perjanjian lama dan baru serta Injil, tapi dilengkapi dengan bukti-bukti yang kuat. Qur'an berisi hal-hal yang konsisten," papar Fred. (ln/whyislam)

Jumat, 15 Juli 2011

Kebesaran Allah Swt (Kisah Mualaf Cilik tanpa Guru dari Amerika)

"Rasulullah saw bersabda: "Setiap bayi yang dilahirkan dalam keadaan
fitrah. Maka kedua orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, atau
Nasrani, atau Majusi.." (HR. Bukhari)

Kisah bocah Amerika ini tidak lain adalah sebuah bukti yang
membenarkan hadits tersebut di atas. Alexander Pertz dilahirkan dari
kedua orang tua Nasrani pada tahun 1990 M.. Sejak awal ibunya telah
memutuskan untuk membiarkannya memilih agamanya jauh dari pengaruh
keluarga atau masyarakat. Begitu dia bisa membaca dan menulis maka
ibunya menghadirkan untuknya buku-buku agama dari seluruh agama, baik
agama langit atau agama bumi.

Setelah membaca dengan mendalam, Alexander memutuskan untuk menjadi
seorang muslim. Padahal ia tak pernah bertemu muslim seorangpun.

Dia sangat cinta dengan agama ini sampai pada tingkatan dia
mempelajari sholat, dan mengerti banyak hukum-hukum syar" i, membaca
sejarah Islam, mempelajari banyak kalimat bahasa Arab, menghafal
sebagian surat, dan belajar adzan.

Semua itu tanpa bertemu dengan seorang muslimpun. Berdasarkan bacaan-
bacaan tersebut dia memutuskan untuk mengganti namanya yaitu Muhammad
"Abdullah, dengan tujuan agar mendapatkan keberkahan Rasulullah saw
yang dia cintai sejak masih kecil.

Salah seorang wartawan muslim menemuinya dan bertanya pada bocah
tersebut. Namun, sebelum wartawan tersebut bertanya kepadanya, bocah
tersebut bertanya kepada wartawan itu, "Apakah engkau seorang yang
hafal Al Quran ?"

Wartawan itu berkata: "Tidak& #65533;. Namun sang wartawan dapat merasakan
kekecewaan anak itu atas jawabannya.

Bocah itu kembali berkata , "Akan tetapi engkau adalah seorang
muslim, dan mengerti bahasa Arab, bukankah demikian ?". Dia
menghujani wartawan itu dengan banyak pertanyaan. "Apakah engkau
telah menunaikan ibadah haji ? Apakah engkau telah menunaikan
"umrah ? Bagaimana engkau bisa mendapatkan pakaian ihram ? Apakah
pakaian ihram tersebut mahal ? Apakah mungkin aku membelinya di sini,
ataukah mereka hanya menjualnya di Arab Saudi saja ? Kesulitan apa
sajakah yang engkau alami, dengan keberadaanmu sebagai seorang muslim
di komunitas yang bukan Islami ?"

Setelah wartawan itu menjawab sebisanya, anak itu kembali berbicara
dan menceritakan tentang beberapa hal berkenaan dengan kawan-
kawannya, atau gurunya, sesuatu yang berkenaan dengan makan atau
minumnya, peci putih yang dikenakannya, ghutrah (surban) yang dia
lingkarkan di kepalanya dengan model Yaman, atau berdirinya di kebun
umum untuk mengumandangkan adzan sebelum dia sholat. Kemudian ia
berkata dengan penuh penyesalan, "Terkadang aku kehilangan sebagian
sholat karena ketidaktahuanku tentang waktu-waktu sholat."

Kemudian wartawan itu bertanya pada sang bocah, "Apa yang membuatmu
tertarik pada Islam ? Mengapa engkau memilih Islam, tidak yang lain
saja ?" Dia diam sesaat kemudian menjawab.

Bocah itu diam sesaat dan kemudian menjawab, "Aku tidak tahu, segala
yang aku ketahui adalah dari yang aku baca tentangnya, dan setiap
kali aku menambah bacaanku, maka semakin banyak kecintaanku& #65533;.

Wartawab bertanya kembali, "Apakah engkau telah puasa Ramadhan ?"

Muhammad tersenyum sambil menjawab, "Ya, aku telah puasa Ramadhan
yang lalu secara sempurna. Alhamdulillah, dan itu adalah pertama
kalinya aku berpuasa di dalamnya. Dulunya sulit, terlebih pada hari-
hari pertama" . Kemudian dia meneruskan : "Ayahku telah menakutiku
bahwa aku tidak akan mampu berpuasa, akan tetapi aku berpuasa dan
tidak mempercayai hal tersebut" .

"Apakah cita-citamu ?" tanya wartawan

Dengan cepat Muhammad menjawab, "Aku memiliki banyak cita-cita. Aku
berkeinginan untuk pergi ke Makkah dan mencium Hajar Aswad" .

"Sungguh aku perhatikan bahwa keinginanmu untuk menunaikan ibadah
haji adalah sangat besar. Adakah penyebab hal tersebut ?" tanya
wartawan lagi.

Ibu Muhamad untuk pertama kalinya ikut angkat bicara, dia berkata :
"Sesungguhny a gambar Ka"bah telah memenuhi kamarnya, sebagian
manusia menyangka bahwa apa yang dia lewati pada saat sekarang
hanyalah semacam khayalan, semacam angan yang akan berhenti pada
suatu hari. Akan tetapi mereka tidak mengetahui bahwa dia tidak hanya
sekedar serius, melainkan mengimaninya dengan sangat dalam sampai
pada tingkatan yang tidak bisa dirasakan oleh orang lain" .

Tampaklah senyuman di wajah Muhammad "Abdullah, dia melihat ibunya
membelanya. Kemudian dia memberikan keterangan kepada ibunya tentang
thawaf di sekitar Ka"bah, dan bagaimanakah haji sebagai sebuah
lambang persamaan antar sesama manusia sebagaimana Tuhan telah
menciptakan mereka tanpa memandang perbedaan warna kulit, bangsa,
kaya, atau miskin.

Kemudian Muhammad meneruskan, "Sesungguhny a aku berusaha
mengumpulkan sisa dari uang sakuku setiap minggunya agar aku bisa
pergi ke Makkah Al-Mukarramah pada suatu hari. Aku telah mendengar
bahwa perjalanan ke sana membutuhkan biaya 4 ribu dollar, dan
sekarang aku mempunyai 300 dollar."

Ibunya menimpalinya seraya berkata untuk berusaha menghilangkan kesan
keteledorannya, "Aku sama sekali tidak keberatan dan menghalanginya
pergi ke Makkah, akan tetapi kami tidak memiliki cukup uang untuk
mengirimnya dalam waktu dekat ini."

"Apakah cita-citamu yang lain ?" tanya wartawan.

"Aku bercita-cita agar Palestina kembali ke tangan kaum muslimin.
Ini adalah bumi mereka yang dicuri oleh orang-orang Israel (Yahudi)
dari mereka." jawab Muhammad

Ibunya melihat kepadanya dengan penuh keheranan. Maka diapun
memberikan isyarat bahwa sebelumnya telah terjadi perdebatan antara
dia dengan ibunya sekitar tema ini.

Muhammad berkata, "Ibu, engkau belum membaca sejarah, bacalah
sejarah, sungguh benar-benar telah terjadi perampasan terhadap
Palestina."

"Apakah engkau mempunyai cita-cita lain ?" tanya wartawan lagi.

Muhammad menjawab, "Cita- citaku adalah aku ingin belajar bahasa
Arab, dan menghafal Al Quran."

"Apakah engkau berkeinginan belajar di negeri Islam ?" tanya
wartawan

Maka dia menjawab dengan meyakinkan : "Tentu"

"Apakah engkau mendapati kesulitan dalam masalah makanan ? Bagaimana
engkau menghindari daging babi ?"

Muhammad menjawab, "Babi adalah hewan yang sangat kotor dan
menjijikkan. Aku sangat heran, bagaimanakah mereka memakan dagingnya.
Keluargaku mengetahui bahwa aku tidak memakan daging babi, oleh
karena itu mereka tidak menghidangkannya untukku. Dan jika kami pergi
ke restoran, maka aku kabarkan kepada mereka bahwa aku tidak memakan
daging babi."

"Apakah engkau sholat di sekolahan ?"

"Ya, aku telah membuat sebuah tempat rahasia di perpustakaan yang
aku shalat di sana setiap hari" jawab Muhammad

Kemudian datanglah waktu shalat maghrib di tengah wawancara. Bocah
itu langsung berkata kepada wartawan," Apakah engkau mengijinkanku
untuk mengumandangkan adzan ?"

Kemudian dia berdiri dan mengumandangkan adzan. Dan tanpa terasa, air
mata mengalir di kedua mata sang wartawan ketika melihat dan
mendengarkan bocah itu menyuarakan adzan

Source: http://ninafkoe.multiply.com/journal/item/269

Selasa, 12 Juli 2011

MISTERI KEBANGKITAN ISLAM di AKHIR ZAMAN AKAN MUNCUL DARI INDONESIA?(Tulisan dari Malaysia)


Fatamorgana membentuk kepribadian bertunjangkan kehidupan yang di jana oleh Dajjal Laknatullah. AWAS!!!


Assalamu'alaikum.Wr Wb

Bismillahirrahmanirrahim.

Segala puji bagi ALLAH Tuhan semesta alam,Sholawat dan salam ke atas Junjungan Besar Nabi Muhammad s.a.w ,ahli keluarganya,kaum kerabatnya,keturunannya,para sahabat baginda,para tabiin,para mujahidid dan seluruh kaum muslimin.

Artikel kali ini adalah untuk ingat-memperingati di samping kita terus membongkar akan kospirasi dunia hari ini dan agar apa yang telah disampaikan oleh Baginda Rasulullah s.a.w 1400 tahun yang lepas akan terus terpahat dalam ingatan dan menjadi amalan buat menghadapi dunia yang kian tua ini.

Sering kali kita melayari 'blog-blog' yang memaparkan berbagai bentuk konspirasi dunia hari ini dan berbagai  maklumat baru yang diperoleh di setiap masa dan hari. Kita juga kerap kali mendengar akan hal Islam hari ini,sebagaimana di Eropa , Sinar Islam semakin menyinari dan telah mendapat tempat di kalangan masyarakat di sana,Meskipun begitu kita tidak terlepas dari keadaan bahaya yang mengancam Umat islam di mana cerita kejatuhan penganut Agama Islam dan juga cerita kejatuhan moral di kalangan Umat Islam terutamanya di negara kita, yakni Malaysia amat membimbangkan. Agaknya bagaimanakah kefahaman Islam di kalangan masyarakat kita hari ini yer ?Sebagaimana yang telah disabdakan oleh baginda Rasul...

Daripada Ali Bin Abi Talib r.a berkata, telah bersabda Rasulullah s.a.w ," Sudah hampir sampai suatu masa di mana tidak tinggal lagi daripada Islam ini kecuali hanya namanya dan tidak tinggal lagi daripada Al-Quran itu kecuali hanya tulisannya.Masjid-masjid tersergam indah tetapi ia kosong dari Hidayah.Ulama-ulama mereka adalah sejahat-jahat makhluk yang ada di bawah naungan langit.Dari mereka berpuncanya fitnah dan kepada mereka fitnah ini akan kembali ". Hadis Riwayat Al-Baihaqi.


Pesanan baginda ini dapat kita perhatikan sekarang dan ianya semakin menjadi-jadi dan perkara ini amat merisaukan kita. Masjid tersergam indah tetapi jauh dari hidayah ALLAH dengan berleluasanya maksiat bahkan pernah dipaparkan di dalam dada akhbar mengenai di perkarangan masjid turut menjadi sarang maksiat. Betapa malunya kita apabila saudara seagama yang melakukan perkara sebegini. Kita lihat pula hadis ini..

Daripada Abu Sa'id Al-Khudri r.a berkata,Bahawasanya Baginda Rasulullah s.a.w. bersabda, " Kamu akan mengikuti jejak langkah umat-umat sebelum kamu,sejengkal demi sejengkal, sehasta demi sehasta sehingga jika mereka masuk ke lubang biawak sekalipun kamu akan mengikuti mereka". Sahabat bertanya," Ya Rasulullah ,Apakah Yahudi dan Nasrani yang engkau maksudkan?" Nabi s.a.w menjawab," Siapa lagi kalau bukan mereka ".Hadis Riwayat Muslim


Para musuh Islam sentiasa berusaha menjauhkan kita dari mendapat hidayah ALLAH ,hidayah yang dapat mencegah perkara fahsya dan mungkar. Mereka tidak akan jemu merosakkan kita,jadi di sinilah perlu kita lihat sejauh mana yang dikatakan solat yang dapat menarik hidayah ALLAh dan mencegah fahsya dan mungkar . Sebagaimana firman ALLAh yang bermaksud...

Al-Ankabut [45] …..sesungguhnya sembahyang itu mencegah dari perbuatan yang fahsya dan mungkar

Di dalam hadis lain pula Baginda Rasulullah s.a.w. bersabda:

Siapa yang dengan solatnya tidak dapat mencegah fahsya’ dan munkar, tidak akan bertambah daripada Allah melainkan semakin jauh dariNya.“(Riwayat Tabrani dari Ibnu Abbas)

apakah hadis yang di atas ini yang berlaku kepada masyarakat kita sejak akhir-akhir ini?

...dan amat malanglah bagi kita seandainya perkara sebegini terjadi dan perlulah kita selidiki bagaimanakah untuk kita kembali sebagaimana yang diamalkan oleh baginda Rasulullah s.a.w sepertimana pepatah melayu ada mengatakan 'jika tersesat dihujung jalan maka baliklah kamu ke pangkal jalan',apa yang hendak dikaitkan dengan pangkal jalan adalah cara sebagaimana Rasulullah s.a.w. mula-mula beragama dan bukankah Rasul juga pernah bersabda di dalam hadis qudsi yang bermaksud ; "bermulanya agama dengan mengenal ALLAH".

Betapa kerasnya hati ini hinggakan begitu payah menerima keadaan yang berlaku hari ini,kita lihat pula hadis ini...

Kelak akan datang di akhir zaman segolongan manusia, di mana wajah-wajah mereka adalah wajah manusia, namun hati mereka adalah hati syaitan; seperti serigala-serigala buas, tidak sedikit pun di hati mereka rasa belas kasihan.

Mereka gemar menumpahkan darah dan tidak berhenti dari (melakukan) kekejian. Apabila kamu mengikuti mereka, maka mereka akan memperdaya kamu. Akan tetapi, apabila kamu menghindari mereka, maka mereka akan mencela kamu. Apabila berbicara dengan mereka, mereka akan membohongi kamu. Dan apabila kamu memberi mereka kepercayaan, mereka akan mengkhianatinya.

Anak kecil mereka jahil, pemuda mereka licik. Sementara yang tua tidak menyuruh berbuat baik dan tidak melarang pula yang mungkar. Mereka itu sentiasa membangga diri dalam kehinaan. Dan meminta apa yang ada pada mereka bererti kesusahan.

Orang yang santun di tengah mereka adalah sesat, dan orang yang menyuruh kepada perbuatan ma’ruf malah menjadi tertuduh. Orang beriman di kalangan mereka adalah lemah, sedangkan orang fasiq menjadi mulia. Sunnah di tengah mereka adalah bida’ah, sedangkan bida’ah itu sendiri adalah sunnah. Maka ketika itu mereka dikuasai oleh orang-orang paling jahat di antara mereka. Sedangkan orang pilihan apabila ia menyeru, pasti tidak akan dihiraukan
.”

(Hadith Riwayat Thabrani- Kitab Al-Mu’jam Al-Kabir)

Jikalau kita perhatikan pula hadis di atas ini mari kita perhatikan akan sirah Rasulullah tatkala beliau mula-mula hendak mensyiarkan agama yang di bawa beliau tatkala beliau baru balik dari Israk dan Mikraj. Masyarakat pada masa itu mengatakan yang Baginda 'gila' sama sekali dan hampir saja mereka yang baru saja hendak mengenal agama yang di bawa oleh Rasulullah ini mula hendak melarikan diri. Maka di ajukan pertanyaan terhadap Saidina Abu Bakar lalu beliau menjawab 'aku tetap yakin jikalau apa yang dikatakan itu adalah dari Muhammad'. Lihatlah begitu teguh dan yakinnya beliau terhadap Rasulullah.

Cuba kita bayangkan pula sepeninggalan Rasul terhadap kita lebih kurang 1400 tahun dahulu dan kita bandingkan Sepeninggalan Nabi Ibrahim ke zaman Rasulullah. Agak-agaknya berapa tahun yer ? Dan apakah kata-kata Abu Jahal tatkala Rasulullah menyampaikan agama yang di bawa ketika itu. Dia mengatakan yang apa yang mereka buat pada ketika itu seperti bertawaf di dalam keadaan yang menjelikkan di Kaabah adalah agama yang dibawa oleh nenek moyang mereka yakni agama Ibrahim. Dan Rasulullah juga tatkala sebelum turunnya wahyu yang pertama beliau merasakan agama yang di amalkan pada masa itu sudah jauh dari syariat agama yang di bawa oleh Nabi Ibrahim a.s. Jadi bukanlah agama baru melainkan agama yang di bawa oleh Nabi Ibrahim juga cumanya pada ketika itu sudah jauh dari syariat agama yang sebenarnya seperti yang di bawa oleh Nabi Ibrahim a.s tetapi mereka maseh mengatakan agama itu adalah agama Nabi Ibrahim juga.

Jadi , sudah berapa lama jarak antara kita dengan zaman Rasulullah s.a.w ? Dan hari ini kalau kita pergi ke kelab ataupun disko dan kita lihat berapa ramainya muka-muka yang sebangsa dengan kita dan di tanya mereka ini sudah tentu mereka akan mengatakan yang mereka juga beragama Islam. Dan hari ini berapa ramai pula yang akan marah jikalau kita mengatakan tentang keIslaman seseorang,bukanlah tujuan untuk menghukumkan sesiapa tetapi sekadar untuk kita bersama berusaha mengembalikan kegemilangan agama Islam yang sebenar seperti yang di bawa oleh baginda Rasulullah s.a.w.

Kita perhatikan pula hadis ini,

Dari Abdullah bin Ma'ud dia berkata:'Ketika kami berada di sisi Rasulullah SAW,tiba-tiba datang sekumpulan anak muda dari kalangan bani Hasyim.Apabila terpandang akan mereka ,maka kedua mata Rasulullah SAW berlinang airmata dan wajah baginda pun berubah.Aku bertanya,'Mengapa kami melihat pada wajah mu sesuatu yg tidak kami sukai?"


Baginda pun menjawab,"Kami Ahlul Bait telah ALLAH pilih utk kami Akhirat lebih dari dunia.Kaum kerabatku akan menerima bencana dan penyingkiran selepasku kelak shinggalah datang suatu kaum dari sebelah timur dengan membawa bersama-sama meraka panji-panji berwarna hitam.Mereka meminta kebaikan tetapi tidak diberikannya.

Maka mereka pun berjuang dan beroleh kejayaan lalu diberikanlah apa yg mereka minta itu tetapi mereka tidak menerima sehinggalah mereka menyerahkannya kepada seorang lelaki dari kaum kerabatku yg memenuhi bumi dengan keadilan sebagaimana ia dipenuhi dengan kedurjanaan.Siapa di antara kamu yg sempat menemuinya maka datangilah mereka walaupun merangkak di atas salji.Sesungguhnya dia adalah Al Mahdi.
" - riwayat Ibnu Majah.

Sudah bersedia utk mengikuti jemaah yg memegang Panji Kebenaran?


Al-Mahdi akan datang setelah munculnya Panji-panji Hitam dari sebelah Timur yang mana pasukan itu selalu tidak pernah kalah dengan pasukan mana pun.” (Ibnu Majah)

Sebelah Timur? Apakah kita tidak mahu turut menyertai mereka-mereka ini? Dan bagaimanakah mereka-mereka ini,adakah semudah mengenali budak-budak berseragam yang pergi ke sekolah-sekolah? Oh! tidak,sesekali tidak, kerana dengan semudah itu Dajal dapat membunuh mereka. Untuk berjuang dan mati syahid janganlah di anggap mudah. Sedangkan di zaman para sahabat menjadi Khalifah perang dahulu pun,mereka yang dilihat rajin untuk menunaikan sholat di waktu dinihari yang akan terpilih. Inilah perkara penting sebagai hubungan dengan ALLAH untuk mendapat naungan dan perintah perang bukan dengan membuta tuli jer. Pernah di satu ketika tatkala Salahuddin mendapat tahu yang saudaranya telah dibunuh oleh tentera salib dan beliau tidak terus mengeluarkan arahan perang sebaliknya menanti petunjuk dari tuhan untuk memulakan peperangan. Dan dalam satu ketika juga di perang Salib,umat Islam sampai dapat melihat tentera Salib ini di bantu oleh Iblis sehinggakan kelihatan syaitan turun dari langit,jadi siapa yang diperlukan untuk menentang tentera-tentera setan ini jkalau kita tiada hubungan dengan ALLAH ?

Kata Sayidina Ali KMW,

Maka Allah Azza wa Jalla menghimpunkan sahabat-sahabatnya (tentera al-Mahdi yang dipanggil Ikhwan) seramai tentera-tentera Badar dan seramai tentera Talut, iaitu 313 orang lelaki, seolah-olah mereka itu singa-singa jantan yang keluar dari hutan. Hati mereka itu ibarat kepingan-kepingan besi. Kalau mereka berkehendak untuk memindahkan gunung, nescaya akan mereka lakukan. Pakaian mereka sejenis dan seolah-olah mereka itu dari satu ibu dan satu ayah.

Dari hutan? Adakah Hutan di sebelah Timur Tengah? Inilah perkara yang memungkin yang ianya adalah dari sebelah sini (Indonesia). Sesiapa juga akan berharap akan dapat bersama mereka. Dan juga kita perhatikan masalah sosial di negara kita (Malaysia)semakin parah,ini juga memungkinkan menjadi penyebab yang ianya akan bangkit dari sebelah sini (Indonesia). wallahualam.

Dalam satu berita panjang mengenai peperangan yang berlaku di antara panji-panji hitam dengan Sufyani yang diceritakan oleh Saiyidina Ali Alaihissalam beliau ada menyebutkan : “… lalu (Allah) mengutus ke atas Sufyani itu seorang pemuda timur yang menyeru kepada ahlil bait Nabi SAW – mereka pemegang-pemegang panji-panji hitam merupakan satu kaum yang lemah – maka Allah pun memuliakan dan menolong mereka, sehingga setiap yang menentang mereka pasti akan dikalahkan…. Syiar mereka “alif mim ta – alif mim ta” (maut bagi penentang mereka), kebanyakan yang terbunuh dikalangan mereka itu pada tempat tempat disekitar timur. - Kanzul Ummal (Juzuk 14 Hadis 3967)

Alif = zat ALLAH
Mim = Muhammad ( sunnah )
Ta = takhta yakni ketakhtaan

Tuan-tuan yang dihormati sekalian, kerapkali artikel tentang konspirasi yang kita lihat baik di dalam mahupun di luar negara,kebanyakkan hal berkaitan 'Pyramid',mengapa? Sebenarnya ini adalah pokok kekuatan yang sebenarnya, jalan menuju ketuhanan yang sebenar tetapi cuba di olahkan supaya menjadi Ilmu Dajjal hinggakan bila kita melihat saja segitiga, kita akan katakan sumber Dajjal,cuba tuan-tuan lihat akan sirah Rasul-rassul,semua Rasul mempunyai tempat uzlah di bukit-bukit atau gunung-gunung dan kalau dilukiskan di atas kertas,akan nampak yang bukit-bukit ini merupakan segitiga. Pada yang melalui mana-mana tarikat pasti akan mengetahui perjalanan ini.

Perhatikan pula ayat di surah Ar-Rahman ayat 33 ini ;

Wahai sekalian jin dan manusia! Kalau kamu dapat menembusi langit dan bumi , maka cubalah kamu menembusinya . Kamu tidak akan dapat menembusinya melainkan dengan satu kekuasaan !


perhatikan perkataan yang terakhir di dalam Arabnya, fikirkan !

----------
Perhatikan petikan lirik dari kumpulan nasyid tempatan ini ;

Iman tak dapat diwarisi
Dari seorang ayah yang bertaqwa
Ia tak dapat dijual beli
Ia tiada di tepian pantai

------------------------------------------------------------------------------------


Hadis-hadis tentang Kiamat

Didapati kini bahawa seluruh tanda-tanda kecil telah muncul dan terbukti seperti yang dinyatakan dalam hadis iaitu sabda Nabi Muhammad s.a.w sendiri. Kebanyakan hadis-hadis ini dapat ditemukan di dalam Sahih Muslim, Sahih Bukhari dan Riwayat Tarmidzi


* Penaklukan Baitulmuqaddis

Dari Auf b. Malik r.a., katanya,


"Rasulullah s. a. w. telah bersabda:"Aku menghitung enam perkara menjelang hari kiamat" Baginda menyebutkan salah satu di antaranya, iaitu penaklukan Baitulmuqaddis." - Sahih Bukhari


* Zina bermaharajalela


"Dan tinggallah manusia-manusia yang buruk, yang seenaknya melakukan persetubuhan seperti himar (keldai). Maka pada zaman mereka inilah kiamat akan

datang." - Sahih Muslim


* 3) Pemimpin yang terdiri dari orang yang jahil dan fasik


Daripada Abdullah Bin Amr Bin 'Ash r.a. berkata: "Aku mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda:

"Bahawasanya ALLAH S.W.T. tidak mencabut (menghilangkan) akan ilmu itu dengan sekaligus dari (dada) manusia. Tetapi ALLAH S.W.T. menghilangkan ilmu itu dengan mematikan alim-ulama'.

Maka apabila sudah ditiadakan alim-ulama' , orang ramai akan memilih orang-orang yang jahil sebagai pemimpin mereka. Maka apabila pemimpin yang jahil itu ditanya, mereka akan berfatwa tanpa ilmu pengetahuan. Mereka sesat dan menyesatkan orang lain
."

Riwayat Muslim.

* 4) Bermaharajalela alat muzik

"Pada akhir zaman akan terjadi tanah runtuh, rusuhan dan perubahan muka."Ada yang bertanya kepada Rasulullah; "Wahai Rasulullah bila hal ini terjadi?" Baginda menjawab; "Apabila telah bermaharajalela bunyi-bunyian (muzik) dan penyanyi2 wanita" - Ibnu Majah

* 5) Menghias masjid dan membanggakannya

Berkata Ali bin Abi Talib,
Akan datang di suatu masa di mana Islam itu hanya akan tinggal namanya saja, agama hanya bentuk saja, Al-Qur’an hanya dijadikan bacaan saja, mereka mendirikan masjid, sedangkan masjid itu sunyi dari zikir menyebut Asma Allah.
Orang-orang yang paling buruk pada zaman itu ialah para ulama, dari mereka akan timbul fitnah dan fitnah itu akan kembali kepada mereka juga.
Dan kesemua yang tersebut adalah tanda-tanda hari kiamat
.”

"Di antara tanda-tanda telah dekatnya kiamat ialah manusia bermegah-megahan dalam mendirikan masjid" - Riwayat Nasai.

* 6) Munculnya kekejian, memutuskan kerabat dan hubungan dengan tetangga tidak baik

"Tidak akan datang kiamat sehingga banyak perbuatan dan perkataan keji,memutuskan hubungan silaturahim dan sikap yang buruk dalam tetangga." - Riwayat Ahmad dan Hakim

* 7) Ramai orang menuntut ilmu kerana pangkat dan kedudukan

Tidak akan datang hari kiamat sehingga Allah mengambil orang-orang yang baik dan ahli agama dimuka bumi, maka tiada yang tinggal padanya kecuali orang-orang yang hina dan buruk yang tidak mengetahui yang makruf dan tidak mengingkari kemungkaran " - Riwayat Ahmad ”

* 8) Ramai orang soleh meninggal dunia

"Tidak akan datang hari kiamat sehingga Allah mengambil orang-orang yang baik dan ahli agama dimuka bumi, maka tiada yang tinggal padanya kecuali orang-orang yang hina dan buruk yang tidak mengetahui yang makruf dan tidak mengingkari kemungkaran" - Riwayat Ahmad

* 9) Orang hina mendapat kedudukan terhormat

"Di antara tanda-tanda semakin dekatnya kiamat ialah dunia akan dikuasai oleh Luka' bin Luka'(orang yang bodoh dan hina). Maka orang yang paling baik ketika itu ialah orang yang beriman yang diapit oleh dua orang mulia" - Riwayat Thabrani

* 10) Banyak wanita yang berpakaian tetapi hakikatnya telanjang

Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a."Di antara tanda-tanda telah dekatnya hari kiamat ialah akan muncul pakaian-pakaian wanita dan apabila mereka memakainya keadaannya seperti telanjang."

Tanda-tanda besar Kiamat


Era Pertama

* Penyakit tanpa ubat


* Dajjal bermaharajalela

Kekuatan Dajjal ini dapatlah dibayangkan dengan kecanggihan teknologi hari ini, beliau bukan sahaja boleh menguasai manusia malahan beliau juga dapat menguasai jin. Jikalau kita lihat hari ini,sebuah organisasi di mana ianya cenderung ke arah keruntuhan moral,adakah kita akan mengatakan oraganisasi ini mendapat arahan terus daripada Dajjal? Tidak samasekali ! Dari sinilah Dajjal menggunakan makhluk-makhluk alam lain sebagai pembantunya.

Sabda Rasulullah s.a.w. daripada Abdullah Mas'ud r.a. maksudnya: "Setiap kamu ada Qarin daripada bangsa jin, dan juga Qarin daripada bangsa malaikat. Mereka bertanya: "Engkau juga ya Rasulullah." Sabdanya: "Ya aku juga ada, tetapi Allah telah membantu aku sehingga Qarin itu dapat kuislamkan dan hanya menyuruh aku dalam hal kebajikan sahaja." (Riwayat Ahmad dan Muslim)

Ath-Thabarani mengisahkan riwayat dari Syuraik bin Thariq. Ia berkata, Rasululloh Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda, yang artinya: “Tidak ada seseorang di antara kalian melainkan ada baginya seorang syaitan.” Mereka bertanya, “Juga bagimu, ya Rasulullah?” “Ya, juga bagiku, tetapi Allah melindungiku sehingga aku selamat .”(HR. Ibnu Hibban)

Jin yang mendampingi kita semenjak kita dilahirkan ke dunia ini sentiasa mendorong kita ke arah yang bertentangan dengan kehidupan yang baik kerana mereka ini adalah telah hidup lebih dahulu daripada kita namun kita maseh boleh membentuk mereka ini dengan ibadah dan suasana yang membolehkan kita berIman dengan ALLAh s.w.t. walau bagaimana pun perlulah diketahui yang ' sejahat-jahat manusia adalah sebaik-baik jin '.

Apabila mereka ini sudah terbiasa dengan suasana yang mendorong ke arah kemaksiatan sebagaimana suasana nafsu-nafsi yang di jana oleh Dajjal tadi, maka dia juga akan mendorong kita supaya ke arah kemaksiatan .Jadi tidak mustahil seandainya kita pernah mendengar di dalam dada akhbar bagaimana seorang guru boleh mencabul anak muridnya sendiri.

Dajjal ini bukanlah tandingan manusia biasa yang hendak melawannya ,melainkan kita ini hendaklah duduk di bawah Panji-panji yang mempunyai guru yang makrifat dan mendapat bimbingan mereka ini.

* Imam Mahadi muncul

Dalam riwayat lain,Rasulullah s.a.w. bersabda yang bermaksud ; “Dunia tidak akan berakhir sehingga orang-orang Arab dipimpin oleh seorang laki-laki dari ahli baitku namanya serupa dengan namaku.” ( HR. Abu Dawud )

* Perang Sabil


Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Tidak akan terjadi kiamat sehingga kaum muslimin berperang dengan yahudi. Maka kaum muslimin membunuh mereka sampai ada seorang yahudi bersembunyi di belakang batu-batuan dan pohon-pohonan. Dan berkatalah batu dan pohon, ‘Wahai muslim, wahai hamba Allah, ini yahudi di belakangku, kemari dan bunuhlah ia.’ Kecuali pohon Gharqad karena ia adalah pohon Yahudi.” (HR Muslim)

* Turunnya Nabi Isa as bersama tenteranya dari langit

Demi yang diriku berada ditangannya,sesungguhnya Ibn Maryam hampir akan turun di tengah-tengah kamu sebagai pemimpin yang adil,maka ia akan menghancurkan salib,membunuh babi,menolak upeti,melimpahkan harta sehingga tidak seorangpun yang mau menerima pemberian dan sehingga satu kali sujud lebih baik dari dunia dan segala isinya” (HR. Bukhari,Muslim,Ahmad,Nasa’I,Ibn Majah dari Abi Hurairah)

Isa AS, putera Maryam AS, akan menjadi seorang hakim yang adil dan penguasa yang adil (dalam umatku), mematahkan dan meremukkan kayu salib dan membunuh babi... Bumi ini akan dipenuhi dengan kedamaian seperti sebuah bejana diisi dengan air. Seluruh dunia akan mengumandangkan dan mengikuti satu kata yang sama dan tidak satu pun akan disembah selain Allah. (HR Ibnu Majah)

* Dajjal dibunuh

Dalam satu hadis daripada Al-Nawwas bin Sam’an, katanya: “Rasulullah saw menyebut perihal Dajal dan menyatakan: ‘...Sebenarnya Dajal itu seorang muda yang rambutnya kerinting, biji matanya timbul (buta sebelah); ... sebenarnya dia akan keluar di satu tempat antara negeri Syam (Syria) dan Iraq.

“Dia akan melakukan kerosakan di serata tempat yang dia sampai kepadanya (dengan menjadikan kampung orang yang menerima dakwaannya sebagai Tuhan mewah makmur, dan kampung orang yang enggan menerima dakwaannya susah meleset.

“Dia akan menunjukkan kepandaian sihirnya dengan menjadikan tempat yang terbiar dan tanah yang kering kontang mengeluarkan khazanah bumi dan tumbuh-tumbuhan yang menghijau subur.

“Juga menjadikan orang muda yang kuat gagah dibelah dua badannya, sepotong dicampakkan jauh daripada yang satu lagi, kemudian diseru lalu kedua-dua potongan badan itu bersatu dan orang muda itu pun hidup semula dengan tersenyum-senyum seolah-olah tidak ada sesuatu yang menimpanya.

“Demikian juga mana-mana yang menyembahnya dimasukkan ke dalam syurganya yang dirasai oleh orang itu sebagai neraka, sebaliknya orang yang enggan menyembahnya dimasukkan ke dalam nerakanya yang dirasai oleh orang itu sebagai syurga; dan sebagainya).

“Nabi bersabda lagi: “Wahai sekalian hamba Allah, selepas kamu mengetahui demikian, maka tetapkanlah iman kamu, jangan terpengaruh kepada dakwaannya!”

Kami bertanya: “Ya Rasulullah! berapa lama dia akan bermaharajalela di bumi?”

Baginda menjawab: “Empat puluh hari, hari yang pertama, panjangnya seperti setahun dan hari yang kedua, panjangnya seperti sebulan dan hari yang ketiga seperti seminggu, manakala hari yang lain seperti hari kamu yang biasa.”

Kami bertanya lagi: “Ya Rasulullah! jika demikian, hari yang panjangnya seperti setahun itu, misalnya cukupkah kami mengerjakan pada-Nya sembahyang untuk sehari?”

Baginda menjawab: “Tidak, tetapi kirakanlah masa untuk mengerjakan sembahyang itu sekadar masa yang biasa kamu lakukan.”

Rasulullah menerangkan lagi: “Ketika Dajal itu bermaharajalela, Allah akan menghantar turun Nabi Isa anak Mariam, lalu dia turun berhampiran dengan menara putih yang letaknya di timur bandar Damsyik, maka Nabi Isa pun mengejar Dajal hingga dapat menawannya di pintu kariah yang bernama ‘Lud’ lalu membunuhnya.

Selepas itu, datanglah suatu ka-um yang Allah sudah selamatkan mereka daripada bencana Dajal menghadap Nabi Isa, lalu Nabi Isa menghapuskan kesan kedukaan dan kesedihan daripada air muka mereka dengan menyatakan: “Bahawa Dajal sudah pun dibunuh dan menggembirakan hati mereka dengan darjat kedudukan mereka dalam syurga”.

Nabi bersabda: “Bahawa ketika Nabi Isa sedang menerangkan perkara yang menggembirakan mereka, Allah mewahyukan kepada Nabi Isa dengan firman-Nya: “Bahawa Aku sudah mengeluarkan sekumpulan hamba-Ku (Yakjuj wa Makjuj) yang tidak ada daya upaya bagi sesiapa pun memerangi mereka.

“Oleh itu bawalah hamba-Ku yang bersama kamu berlindung di bukit Tursina. Selepas itu Allah mengeluarkan Yakjuj wa Makjuj dan mereka pun meluru turun daripada tiap-tiap tempat yang tinggi.”

“Nabi Isa dan pengikutnya pun terkepung lama di bukit itu hingga kepala lembu menjadi lebih berharga dan lebih baik kepada mereka daripada seratus dinar kepada seseorang kamu sekarang.

“Lalu Nabi Isa dan pengikutnya merayu kepada Allah supaya membinasakan musuh mereka, maka Allah menghantarkan ulat menyerang batang leher Yakjuj wa Makjuj, mereka pun mati bergelimpangan dengan serentak seperti matinya satu jiwa.

“Kemudian Nabi Isa dan pengikutnya turun dari bukit itu lalu mereka dapati tidak ada barang sejengkal pun di bumi, melainkan penuh dengan bau hapak dan busuk disebabkan bangkai Yakjuj wa Makjuj.

“Maka Nabi Isa dan pengikutnya merayu lagi kepada Allah, lalu Allah menghantar sekumpulan burung yang batang lehernya seperti unta, maka kumpulan burung itu pun mengangkut dan mencampakkan bangkai itu ke tempat yang dikehendaki Allah.

“Kemudian Allah menurunkan hujan lebat yang sebarang bangunan tidak dapat menahan airnya daripada meliputi serta mencuci muka bumi hingga menjadi bersih dan rata seperti cermin.

“Allah berfirman kepada bumi: “Tumbuhkanlah tanaman kamu dan keluarkanlah buah kamu, dan kembalikanlah segala nikmat kamu.”

“Maka pada masa itu, sebilangan orang boleh kenyang dengan hanya memakan sebiji delima dan boleh berteduh dengan kulitnya dan pada masa itu juga diberkati Allah pada susu hingga perahan seekor unta, mencukupi untuk diminum oleh satu kaum yang besar jumlahnya.

“Susu seekor lembu perahan juga mencukupi untuk diminum oleh satu kabilah dan susu seekor kambing perahan, mencukupi untuk diminum oleh satu suku kaum.”

Nabi bersabda lagi: “Ketika manusia sedang menikmati kemakmuran dan kemewahan berkenaan, tiba-tiba Allah menghantar sejenis angin yang baik... lalu mengambil nyawa setiap orang yang baik, mukmin dan Muslim, dan tinggallah saja orang yang jahat dengan keadaan bercakaran sesama sendiri dan berhubung jenis seperti haiwan, maka pada zaman mereka inilah berlakunya hari kiamat.”

Dan pada satu riwayat yang lain: “Kemudian Allah menghantar sejenis angin yang sejuk nyaman, yang datangnya dari arah negeri Syam, maka pada saat itu tidak tinggal di atas muka bumi seorang pun yang ada dalam hatinya seberat zarah kebaikan, melainkan diambil nyawanya oleh angin itu.”

Nabi bersabda lagi: “Maka tinggallah saja orang jahat yang cepat bergerak melakukan maksiat dan kederhakaan secepat burung terbang, dan yang menceroboh serta menzalimi satu sama lain seperti binatang buas; mereka tidak suka dan tidak mengenal perkara yang baik, dan tidak benci serta tidak melarang daripada melakukan perkara yang buruk.”

Pada saat itu, syaitan menyamar diri kepada mereka dan bertanya: “Tidak malukah kamu meninggalkan jalan mendampingi diri kepada Allah? Tidak mahukah kamu menurut ajakan aku? Maka mereka pun bertanya: “Jika demikian apa yang engkau suruh kami lakukan?

Syaitan pun menyuruh mereka menyembah berhala untuk mendampingkan diri mereka kepada Allah (kononnya), mereka menerima ajakan syaitan itu lalu menyembah berhala, sedangkan rezeki mereka mencurah-curah dan penghidupan mereka baik dan mewah; kemudian ditiup sangkakala, yang pertama, yang mematikan segala yang bernyawa ..
.” – ( al-Nawwas bin Sam'an r.a Hadis riwayat Muslim ).

* Dunia kembali Sejahtera,aman,damai dan sentosa

* Manusia kembali menyembah berhala


Era kedua

* Al-quran diangkat ke langit


* Yakjuj wa Makjuj muncul dengan membuat kerosakkan

( Demikianlah keadaan mereka ) hingga apabila terbuka tembok yang menyekat Yakjuj dan Makjuj, serta mereka meluru turun dari tiap-tiap tempat yang tinggi. Dan hampirlah datangnya janji hari kiamat yang benar, maka dengan serta-merta pandangan mata orang-orang yang kufur ingkar terbeliak (sambil berkata dengan cemas): "Aduhai celakanya Kami. Sesungguhnya kami telah tinggal dalam keadaan yang melalaikan kami daripada memikirkan perkara ini, bahkan kami telah menjadi orang-orang yang menganiaya diri sendiri". (Surah Al-Anbiyaa’ : 96 - 97)

* Raksasa terbit dari bumi Mekah ( Dabbatul ardh )

Dan apabila perkataan telah jatuh atas mereka, Kami keluarkan sejenis binatang melata dari bumi yang akan mengatakan kepada mereka, bahwa sesungguhnya manusia dahulu tidak yakin kepada ayat-ayat Kami.” (An-Naml: 82)

* Allah tandakan dahi mereka yang tidak beriman

* Allah matikan orang-orang yang beriman dengan angin sejuk



* Matahari terbit dari sebelah barat


Menurut Hadist Nabi saw. Rasullullah saw bersabda: "Salah satu tanda Akhir zaman (Kiamat), apabila sampai masanya... matahari terbit disebelah barat. Pada masa ini, taubat sudah tiada." hadith Muslim.

* Tiupan angin Sangkakala

23-101: Apabila ditiup sangkakala, maka tidaklah ada lagi pertalian nasab (kekeluargaan) antara mereka pada hari itu, dan mereka tidak saling bertanya.

* Allah Gulungkan dunia

...dan akhir sekali kita hayatilah lirik daripada lagu ini pula yang disampaikan oleh satu kumpulan yang sedang naik dipersada muzik tanahair yang berbekalkan semangat kemelayuan kita dan ingatlah bahawasanya usaha ke atas agama sahaja yang dapat dilakukan melalui media massa hari ini dan bukanlah sebenarnya usaha ke atas IMAN yang mana hendaklah dilalui dengan jasad bukan duduk di depan skrin!

GEMBALA ILLAHI

Sepanjang jalan hidup kulalui
Membentang maksud yang Tuhan tunjuki
Memegang berpaut bertahan diuji
Menjelang menyahut panggilan Ilahi.

Segala liku badai kulalui
Menghiba pilu berbagai kurasai
Menggema kalbu menghurai hak Ilahi
Merasa rindu padaNya sebelum sampai mati.

Aku gembala dari gunung tinggi
Aku gembala penyambung kalam Ilahi
Aku hanya menjunjung membakti
Aku hanya hamba Maha Tinggi.

Aku menjelma demi memenuhi
Sebelum masa aku dipanggil pergi
Aku hamba yang mengabdi
Hidupku keranda abadi.

Apa yang disampaikan
Untuk diamal diusahakan
Aku hanya utusan
Mengingat dan mengkhabarkan…

Senin, 11 Juli 2011

Inilah KESAKSIAN IBLIS jahanam


Dari Muadz bin Jabal dari Ibn Abbas:

Ketika kami sedang bersama Rasulullah SAW di kediaman seorang sahabat Anshar, tiba-tiba terdengar panggilan seseorang dari luar rumah: "Wahai penghuni rumah, bolehkah aku masuk? Sebab kalian akan membutuhkanku."* Rasulullah bersabda: "Tahukah kalian siapa yang memanggil?" Kami menjawab: "Allah dan rasulNya yang lebih tahu". Beliau melanjutkan, "Itu iblis, laknat Allah bersamanya".
Umar bin Khattab berkata: "izinkan aku membunuhnya wahai Rasulullah". Nabi menahannya: "Sabar wahai Umar, bukankah kamu tahu bahwa Allah memberinya kesempatan hingga hari kiamat? Lebih baik bukakan pintu untuknya, sebab dia telah diperintahkan untuk ini, pahamilah apa yang hendak ia katakan dan dengarkan dengan baik."
Ibnu Abbas RA berkata: pintu lalu dibuka, ternyata dia seperti seorang kakek yang cacat satu matanya. Di janggutnya terdapat 7 helai rambut seperti rambut kuda, taringnya terlihat seperti taring babi, bibirnya seperti bibir sapi. Iblis berkata: "Salam untukmu Muhammad. Salam untukmu para hadirin",
Rasulullah SAW lalu menjawab: "Salam hanya milik Allah SWT. Sebagai mahluk terlaknat, apa keperluanmu?" Iblis menjawab: "Wahai Muhammad, aku datang ke sini bukan atas kemauanku, namun karena terpaksa". "Siapa yang memaksamu? " "Seorang malaikat utusan Allah mendatangiku dan berkata: Allah SWT memerintahkanmu untuk mendatangi Muhammad sambil menundukkan diri. Beritahu Muhammad tentang caramu dalam menggoda manusia. Jawabalah dengan jujur semua pertanyaannya. Demi kebesaran Allah, andai kau berdusta satu kali saja, maka Allah akan jadikan dirimu debu yang ditiup angin".
"Oleh karena itu aku sekarang mendatangimu. Tanyalah apa yang hendak kau tanyakan. jika aku berdusta, aku akan dicaci oleh setiap musuhku. Tidak ada sesuatu pun yang paling besar menimpaku daripada cacian musuh".

Orang yang Dibenci Iblis
Rasulullah SAW lalu bertanya kepada Iblis: "Kalau kau benar jujur, siapakah manusia yang paling kau benci?" Iblis segera menjawab: "Kamu, kamu dan orang sepertimu adalah mahkluk Allah yang paling aku benci."
"Siapa selanjutnya?" tanya Rasulullah.
"Pemuda yang bertakwa yang memberikan dirinya mengabdi kepada Allah SWT."
"Lalu siapa lagi?"
"Orang Alim dan wara' (Loyal)"
"Lalu siapa lagi?"
"Orang yang selalu bersuci."
"Siapa lagi?"
"Seorang fakir yang sabar dan tak pernah mengeluhkan kesulitannnya kepada orang lain."
"Apa tanda kesabarannya?"
" Wahai Muhammad, jika ia tidak mengeluhkan kesulitannya kepada orang lain selama 3 hari, Allah akan memberi pahala orang-orang yang sabar".
"Selanjutnya apa?"
"Orang kaya yang bersyukur"
"Apa tanda kesyukurannya?"
"Ia mengambil kekayaannya dari tempatnya, dan mengeluarkannya juga dari tempatnya."
"Orang seperti apa Abu Bakar menurutmu?"
"Ia tidak pernah menurutiku di masa jahiliyah, apalagi dalam Islam."
"Umar bin Khattab?"
"Demi Allah setiap berjumpa dengannya aku pasti kabur."
"Usman bin Affan?"
"Aku malu kepada orang yang malaikat pun malu kepadanya."
"Ali bin Abi Thalib?"
" Aku berharap darinya agar kepalaku selamat, dan berharap ia melepaskanku dan aku melepaskannya. Tetapi ia tak akan mau melakukan itu." (Ali bin Abi Thalib selau berdzikir terhadap Allah SWT)

Amalan yang Dapat Menyakiti Iblis
"Apa yang kau rasakan jika melihat seseorang dari umatku yang hendak saalat?"
"Aku merasa panas dingin dan gemetar."
"Kenapa?"
"Sebab, setiap seorang hamba bersujud 1x kepada Allah, Allah mengangkatnya 1 derajat."
"Jika seorang umatku berpuasa?"
"Tubuhku terasa terikat hingga ia berbuka."
"Jika ia berhaji?"
"Aku seperti orang gila."
"Jika ia membaca Alquran?"
"Aku merasa meleleh laksana timah di atas api."
"Jika ia bersedekah?"
"Itu sama saja orang tersebut membelah tubuhku dengan gergaji."
"Mengapa bisa begitu?"
"Sebab dalam sedekah ada 4 keuntungan baginya. yaitu keberkahan dalam hartanya, hidupnya disukai, sedekah itu kelak akan menjadi hijab antara dirinya dengan api neraka dan segala macam musibah akan terhalau dari dirinya."
"Apa yang dapat mematahkan pinggangmu?"
"Suara kuda perang di jalan Allah."
"Apa yang dapat melelehkan tubuhmu?"
"Taubat orang yang bertaubat."
"Apa yang dapat membakar hatimu?"
"Istighfar di waktu siang dan malam."
"Apa yang dapat mencoreng wajahmu?"
"Sedekah yang diam - diam."
"Apa yang dapat menusuk matamu?"
"Salat fajar"
"Apa yang dapat memukul kepalamu?"
"Saalat berjamaah."
"Apa yang paling mengganggumu?"
"Majelis para ulama."
"Bagaimana cara makanmu?"
"Dengan tangan kiri dan jariku."
"Dimanakah kau menaungi anak - anakmu di musim panas?"
"Di bawah kuku manusia."

Manusia yang Menjadi Teman Iblis

Nabi lalu bertanya: "Siapa temanmu wahai Iblis?"
"Pemakan riba"
"Siapa sahabatmu?"
"Pezina"
"Siapa teman tidurmu?"
"Pemabuk"
"Siapa tamumu?"
"Pencuri"
"Siapa utusanmu?"
"Tukang sihir"
"Apa yang membuatmu gembira?"
"Bersumpah dengan cerai"
"Siapa kekasihmu?"
"Orang yang meninggalkan salat Jumaat"
"Siapa manusia yang paling membahagiakanmu?"
"Orang yang meninggalkan salatnya dengan sengaja"

Rabu, 06 Juli 2011

Beberapa Kisah Karomah Kiyai Kholil Bangkalan

Syekh Kholil wafat pada hari kamis tanggal 29 Ramadhan 1343 H (1925 M) jam 04 pagi. Jenazah beliau dishalati di Masjid Agung Bangkalan pada sore harinya setelah shalat ashar, kemudian dimakamkan di Pemakaman Martajasah, Bangkalan.
Syekh Kholil banyak meninggalkan “warisan” yang bermanfaat untuk ummat. Diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Pesantren Jangkibuan. Pesantren ini terus aktif sampai kini dan diasuh oleh keurunan Nyai Khotimah bin Kholil dengan Kiai Thoha. Pesantren ini diberi nama “Pesantren Al-Muntaha Al-Kholili”.
2. Pesantren Kademangan. Sepeninggal Syekh Kholil, pesantren ini diasuh oleh keturunan beliau sendiri. Saya mendapatkan tiga nama urutan pengasuh Pesantren Kedemangan, yaitu Kiai Abdul Fattah bin Nyai Aminah binti Nyai Muthmainnah binti Imron bin Kholil, kemudian Kiai Fakhrur Rozi bin Nyai Romlah binti Imron bin Kholil, kemudian Kiai Abdullah Sachal bin Nyai Romlah binti Imron bin Kholil. Sampai kini (2007) Pesantren Kademangan diasuh oleh Kiai Abdullah Sachal.
3. Kitab “As-Silah fi Bayanin-nikah”. Sebuah kitab tentang pernikahan, meliputi segi hukum dan adab. Dicetak oleh Maktabah Nabhan bin Salim Surabaya.
4. Rangkaian Shalawat. Dihimpun oleh KH. Muhammad Kholid dalam kitab “I’anatur Roqibin” dan dicetak oleh Pesantren Roudlotul Ulum, Sumber Wringin, Jember. Jawa Timur.
5. Dzikir dan wirid. Dihimpun oleh KH. Mushthofa Bisri, Rembang, Jawa Tengah, dalam sebuah kitab berjudul “Al-Haqibah”

Pengertian Karomah

Istilah karomah berasal dari bahasa Arab. Secara bahasa berarti mulia[1]. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yang mengistilahkan karomah dengan keramat diartikan suci dan dapat mengadakan sesuatu diluar kemampuan manusia biasa karena ketaqwaanya kepada Tuhan. [Dept. P&K, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka Jakarta, halaman 483]
Ajaran Islam[2] memaksudkan sebagai “Khariqun lil adat”[3], yaitu kejadian yang luar biasa pada seorang wali Allah. Syaikh Thohir bin Sholeh Al-Jazairi mengartikan kata karomah adalah perkara luar biasa yang tampak pada seorang wali yang tidak disertai dengan pengakuan seorang Nabi. [Thohir bin Sholeh Al-Jazairi, Jawahirul Kalamiyah, terjemahan Jakfar Amir, Penerbit Raja Murah Pekalongan, hal. 40]
Sedangkan, Imam Qusyairi menjelaskan karomah sebagai penampakan karomah merupakan tanda-tanda kebenaran sikap dan kelakuan seseorang. Barangsiapa yang tidak benar sikap dan kelakuannya, maka tidak dapat menunjukkan kekaromahannya. Dan Allah yang maha Qodim memberi tahu kepada kita agar membedakan orang yang benar dan mana yang batil. [Abul Qosim Abdul Karim Hawazim Qusyairi Naisabury, Risaltul Qusyairiyah, Darul Khoir, halaman 353]
Dengan demikian, istilah karomah dapat disimpulkan sebagai kejadian yang luar biasa pada seseorang yang merupakan anugerah dari Allah dikarenakan ketaqwaanya.[4]



1. PENCURI TIMUN TIDAK BISA DUDUK
 Diantara karomahnya adalah pada suatu hari petani timun di daerah Bangkalan sering mengeluh. Setiap timun yang siap dipanen selalu kedahuluan dicuri maling. Begitu peristiwa itu terus menerus. Akhirnya petani timun itu tidak sabar lagi, setelah bermusuyawarah, maka diputuskan untuk sowan ke Kiai Kholil. Sesampainya di rumah Kiai Kholil, sebagaimana biasanya Kiai sedang mengajarkan kitab nahwu[5]. Kitab tersebut bernama Jurmiyah, suatu kitab tata bahasa Arab tingkat pemula.
“Assalamu’alaikum, Kiai,” ucap salam para petani serentak.
“Wa’alaikum salam, “ Jawab Kiai Kholil.
Melihat banyaknya petani yang datang. Kiai bertanya :
“Sampean ada keperluan, ya?”
“Benar, Kiai. Akhir-akhir ini ladang timun kami selalu dicuri maling, kami mohon kepada Kiai penangkalnya.” Kata petani dengan nada memohon penuh harap.
Ketika itu, kitab yang dikaji oleh Kiai kebetulan sampai pada kalimat “qoma zaidun” yang artinya “zaid telah berdiri”. Lalu serta merta Kiai Kholil berbicara sambil menunjuk kepada huruf “qoma zaidun”.
“Ya.., Karena pengajian ini sampai ‘qoma zaidun’, ya ‘qoma zaidun’ ini saja pakai penangkal.” Seru Kiai dengan tegas dan mantap.
“Sudah, pak Kiai?” Ujar para petani dengan nada ragu dan tanda Tanya.
“Ya sudah.” Jawab Kiai Kholil menandaskan. Mereka puas mendapatkan penangkal dari Kiai Kholil. Para petani pulang ke rumah mereka masing-masing dengan keyakinan kemujaraban penangkal dari Kiai Kholil.
Keesokan harinya, seperti biasanya petani ladang timun pergi ke sawah masing-masing. Betapa terkejutnya mereka melihat pemandangan di hadapannya. Sejumlah pencuri timun berdiri terus menerus tidak bisa duduk. Maka tak ayal lagi, semua maling timun yang selama ini merajalela diketahui dan dapat ditangkap. Akhirnya penduduk berdatangan ingin melihat maling yang tidak bisa duduk itu, semua upaya telah dilakukan, namun hasilnya sis-sia. Semua maling tetap berdiri dengan muka pucat pasi karena ditonton orang yang semakin lama semakin banyak.
Satu-satunya jalan agar para maling itu bisa duduk, maka diputuskan wakil petani untuk sowan ke Kiai Kholil lagi. Tiba di kediaman Kiai Kholil, utusan itu diberi obat penangkal. Begitu obat disentuhkan ke badan maling yang sial itu, akhirnya dapat duduk seperti sedia kala. Dan para pencuri itupun menyesal dan berjanji tidak akan mencuri lagi di ladang yang selama ini menjadi sasaran empuk pencurian. Maka sejak saat itu, petani timun di daerah Bangkalan menjadi aman dan makmur. Sebagai rasa terima kasih kepada Kiai kholil, mereka menyerahkan hasil panenannya yaitu timun ke pondok pesantren berdokar-dokar. Sejak itu, berhari-hari para santri di pondok kebanjiran timun, dan hampir-hampir di seluruh pojok-pojok pondok pesantren dipenuhi dengan timun.[6]


2. DIDATANGI MACAN
 Diantara karomahnya, pada suatu hari di bulan Syawal. Kiai Kholil tiba-tiba memanggil santri-santrinya. “Anak-anakku, sejak hari ini kalian harus memperketat penjagaan pondok pesantren. Pintu gerbang harus senantiasa dijaga, sebentar lagi akan ada macan masuk ke pondok kita ini.” Kata Kiai Kholil agak serius.
Mendengar tutur guru yang sangat dihormati itu, segera para santri mempersiapkan diri. Waktu itu sebelah timur Bangkalan memang terdapat hutan-hutan yang cukup lebat dan angker. Hari demi hari, penjagaan semakin diperketat, tetapi macan yang ditungu-tunggu itu belum tampak juga. Memasuki minggu ketiga, datanglah ke pesantren pemuda kurus, tidak berapa tinggi berkulit kuning langsat sambil menenteng kopor seng. Sesampainya di depan pintu rumah Kiai Kholil, lalu mengucap salam “Assalamu ‘alaikum,” ucapnya agak pelan dan sangat sopan.
Mendengar salam itu, bukan jawaban salam yang diterima, tetapi Kiai malah berteriak memanggil santrinya, “Hey santri semua, ada macan.. macan.., ayo kita kepung. Jangan sampai masuk ke pondok.” Seru Kiai Kholil bak seorang komandan di medan perang.
Mendengar teriakan Kiai kontan saja semua santri berhamburan, datang sambil membawa apa yang ada, pedang, clurit, tongkat, pacul untuk mengepung pemuda yang baru datang tadi yang mulai nampak kelihatan pucat. Tidak ada pilihan lagi kecuali lari seribu langkah. Namun karena tekad ingin nyantri ke Kiai Kholil begitu menggelora, maka keesokan harinya mencoba untuk datang lagi. Begitu memasuki pintu gerbang pesantren, langsung disongsong dengan usiran ramai-ramai. Demikian juga keesokan harinya. Baru pada malam ketiga, pemuda yang pantang mundur ini memasuki pesantren secara diam-diam pada malam hari. Karena lelahnya pemuda itu, yang disertai rasa takut yang mencekam, akhirnya tertidur di bawah kentongan surau.
Secara tidak diduga, tengah malam Kiai Kholil datang dan membantu membangunkannya. Karuan saja dimarahi habis-habisan. Pemuda itu dibawa ke rumah Kiai Kholil. Setelah berbasa-basi dengan seribu alasan. Baru pemuda itu merasa lega setelah resmi diterima sebagai santri Kiai Kholil. Pemuda itu bernama Abdul Wahab Hasbullah. Kelak kemudian hari santri yang diisyaratkan macan itu, dikenal dengan nama KH. Wahab Hasbullah, seorang Kiai yang sangat alim, jagoan berdebat, pembentuk komite Hijaz, pembaharu pemikiran. Kehadiran KH Wahab Hasbullah di mana-mana selalu berwibawa dan sangat disegani baik kawan maupun lawan bagaikan seekor macan, seperti yang diisyaratkan Kiai Kholil.[7]





3. KETINGGALAN KAPAL LAUT
Kejadian ini pada musim haji. Kapal laut pada waktu itu, satu-satunya angkutan menuju Makkah, semua penumpang calon haji naik ke kapal dan bersiap-siap, tiba-tiba seorang wanita berbicara kepada suaminya :
“Pak, tolong saya belikan anggur, saya ingin sekali,” ucap istrinya dengan memelas.
“Baik, kalau begitu. Mumpung kapal belum berangkat, saya akan turun mencari anggur,” jawab suaminya sambil bergegas di luar kapal.
Setelah suaminya mencari anggur di sekitar ajungan kapal, nampaknya tidak ditemui penjual anggur seorangpun. Akhirnya dicobanya masuk ke pasar untuk memenuhi keinginan istrinya tercinta. Dan meski agak lama, toh akhirnya anggur itu didapat juga. Betapa gembiranya sang suami mendapatkan buah anggur itu. Dengan agak bergegas, dia segera kembali ke kapal untuk menemui isterinya. Namun betapa terkejutnya setelah sampai ke ajungan kapal yang akan ditumpangi semakin lama semakin menjauh. Sedih sekali melihat kenyataan ini. Duduk termenung tidak tahu apa yang mesti diperbuat.
Disaat duduk memikirkan nasibnya, tiba-tiba ada seorang laki-laki datang menghampirinya. Dia memberikan nasihat: “Datanglah kamu kepada Kiai Kholil Bangkalan, utarakan apa musibah yang menimpa dirimu !” ucapnya dengan tenang.
“Kiai Kholil?” pikirnya.
“Siapa dia, kenapa harus kesana, bisakah dia menolong ketinggalan saya dari kapal?” begitu pertanyaan itu berputar-putar di benaknya.
“Segeralah ke Kiai kholil minta tolong padanya agar membantu kesulitan yang kamu alami, insya Allah.” Lanjut orang itu menutup pembiocaraan.
Tanpa pikir panjang lagi, berangkatlah sang suami yang malang itu ke Bangkalan. Setibanya di kediaman Kiai Kholil, langsung disambut dan ditanya :
“Ada keperluan apa?”
Lalu suami yang malang itu menceritakan apa yang dialaminya mulai awal hingga datang ke Kiai Kholil.
Tiba-tiba Kiai berkata :
“Lho, ini bukan urusan saya, ini urusan pegawai pelabuhan. Sana pergi!”
Lalu suami itu kembai dengan tangan hampa.
Sesampainya di pelabuhan sang suami bertemu lagi dengan orang laki-laki tadi yang menyuruh ke Kiai Kholil lalu bertanya: ”Bagaimana? Sudah bertemu Kiai Kholil ?”
“Sudah, tapi saya disuruh ke petugas pelabuhan” katanya dengan nada putus asa.
“Kembali lagi, temui Kiai Kholil !” ucap orang yang menasehati dengan tegas tanpa ragu. Maka sang suami yang malang itupun kembali lagi ke Kiai Kholil. Begitu dilakukannya sampai berulang kali. Baru setelah ke tiga kalinya, Kiai Kholil berucap, “Baik kalau begitu, karena sampeyan ingin sekali, saya bantu sampeyan.”[8]
“Terima kasih Kiai,” kata sang suami melihat secercah harapan.
“Tapi ada syaratnya.” Ucap Kiai Kholil.
“Saya akan penuhi semua syaratnya.” Jawab orang itu dengan sungguh-sungguh.
Lalu Kiai berpesan: “Setelah ini, kejadian apapun yang dialami sampeyan jangan sampai diceritakan kepada orang lain, kecuali saya sudah meninggal. Apakah sampeyan sanggup?” pesan dan tanya Kiai seraya menatap tajam.
“Sanggup, Kiai, “ jawabnya spontan.
“Kalau begitu ambil dan pegang anggurmu pejamkan matamu rapat-rapat,” Kata Kiai Kholil.
Lalu sang suami melaksanakan perintah Kiai Kholil dengan patuh. Setelah beberapa menit berlalu dibuka matanya pelan-pelan. Betapa terkejutnya dirinya sudah berada di atas kapal lalu yang sedang berjalan. Takjub heran bercampur jadi satu, seakan tak mempercayai apa yang dilihatnya. Digosok-gosok matanya, dicubit lengannya. Benar kenyataan, bukannya mimpi, dirinya sedang berada di atas kapal. Segera ia temui istrinya di salah satu ruang kapal.
“Ini anggurnya, dik. Saya beli anggur jauh sekali” dengan senyum penuh arti seakan tidak pernah terjadi apa-apa dan seolah-olah datang dari arah bawah kapal. Padahal sebenarnya dia baru saja mengalami peristiwa yang dahsyat sekali yang baru kali ini dialami selam hidupnya. Terbayang wajah Kiai Kholil. Dia baru menyadarinya bahwa beberapa saat yang alalu, sebenarnya dia baru saja berhadapan dengan seseorang yang memiliki karomah yang sangat luar biasa.


4. SANTRI MIMPI DENGAN WANITA.
Dan diantara karomahnya, pada suatu hari menjelang pagi, santri bernama Bahar dari Sidogiri merasa gundah, dalam benaknya tentu pagi itu tidak bisa sholat subuh berjamaah. Ketidak ikutsertaan Bahar sholat subuh berjamaah bukan karena malas, tetapi disebabkan halangan junub. Semalam Bahar bermimpi tidur dengan seorang wanita. Sangat dipahami kegundahan Bahar. Sebab wanita itu adalah istri Kiai Kholil, istri gurunya[9].
Menjelang subuh, terdengar Kiai Kholil marah besar sambil membawa sebilah pedang seraya berucap:
“Santri kurang ajar.., santri kurang ajar..“[10]
Para santri yang sudah naik ke masjid untuk sholat berjamaah merasa heran dan tanda tanya, apa dan siapa yang dimaksud santri kurang ajar itu. Subuh itu Bahar memang tidak ikut sholat berjamaah, tetapi bersembunyi di belakang pintu masjid.
Seusai sholat subuh berjamaah, Kiai Kholil menghadapkan wajahnya kepada semua santri seraya bertanya :
“Siapa santri yang tidak ikut berjamaah?” Ucap Kiai Kholil nada menyelidik.
Semua santri merasa terkejut, tidak menduga akan mendapat pertanyaan seperti itu. Para santri menoleh ke kanan-kiri, mencari tahu siapa yang tidak hadir. Ternyata yang tidak hadir waktu itu hanyalah Bahar. Kemudian Kiai Kholil memerintahkan mencari Bahar dan dihadapkan kepadanya. Setelah diketemukan lalu dibawa ke masjid. Kiai Kholil menatap tajam-tajam kepada bahar seraya berkata:
“Bahar, karena kamu tidak hadir sholat subuh berjamaah maka harus dihukum. Tebanglah dua rumpun bambu di belakang pesantren dengan petok ini” Perintah Kiai Kholil. Petok adalah sejenis pisau kecil, dipakai menyabit rumput. Setelah menerima perintah itu, segera Bahar melaksanakan dengan tulus. Dapat diduga bagaimana Bahar menebang dua rumpun bambu dengan suatu alat yang sangat sederhana sekali, tentu sangat kesulitan dan memerlukan tenaga serta waktu yang lama sekali. Hukuman ini akhirnya diselesaikan dengan baik[11].
“Alhamdulillah, sudah selesai, Kiai.” Ucap Bahar dengan sopan dan rendah hati.
“Kalau begitu, sekarang kamu makan nasi yang ada di nampan itu sampai habis.” Perintah Kiai kepada Bahar.
Sekali lagi santri Bahar dengan patuh menerima hukuman dari Kiai Kholil. Setelah Bahar melaksanakan hukuman yang kedua, santri Bahar lalu disuruh makan buah-buahan sampai habis yang ada di nampan yang telah tersedia. Mendengar perintah ini santri Bahar melahap semua buah-buahan yang ada di nampan itu. Setelah itu santri Bahar diusir oleh Kiai Kholil seraya berucap:
“Hai santri, semua ilmuku sudah dicuri oleh orang ini.” Ucap Kiai Kholil sambil menunjuk ke arah Bahar. Dengan perasaan senang dan mantap santri Bahar pulang meninggalkan pesantren Kiai Kholil menuju kampung halamannya.
Memang benar, tak lama setelah itu, santri yang mendapat isyarat mencuri ilmu Kiai Kholil itu, menjadi Kiai yang sangat alim, yang memimpin sebuah pondok pesantren besar di Jawa Timur. Kia beruntung itu bernama Kiai Bahar, seorang Kiai besar dengan ribuan santri yang diasuhnya di Pondok Pesantren Sido Giri, Pasuruan, Jawa Timur.


5. KIAI KHOLIL MASUK PENJARA
Diantara karomahnya dikisahkan:
Beberapa pelarian pejuang kemerdekaan dari Jawa bersembunyi di Pesantren Kiai Kholil. Kompeni Belanda rupanya mencium kabar itu. Tentara Belanda berupaya keras untuk menangkap para pejuang kemerdekaan yang bersembunyi itu. Rencana penangkapan diupayakan secepat mungkin, setelah yakin bersembunyi di pesantren, tentara belanda memasuki pesantren Kiai Kholil. Seluruh pojok pesantren digerebek. Ternyata tidak menemukan apa-apa. Hal itu membuat kompeni marah besar. Karena kejengkelannya, akhirnya membawa pimpinan pesantren, yaitu Kiai Kholil untuk ditahan. Dengan siasat ini, mereka berharap ditahannya Kiai Kholil, para pejuang segera menyerahkan diri. Ketika Kiai Kholil dimasukkan ke dalam tahanan, maka beberapa perisriwa ganjil mulai muncul. Hal ini membuat susah penjajah Belanda. Mula-mula ketika Kiai Kholil masuk ke dalam tahanan, semua pintu tahanan tidak bisa ditutup. Dengan demikian pintu tahanan dalam keadaan terbuka terus menerus. Kompeni Belanda harus berjaga siang dan malam secara terus menerus. Sebab jika tidak, maka tahanan bisa melarikan diri. Pada hari berikutnya, sejak Kiai Kholil ditahan, ribuan orang Madura dan Jawa berdatangan untuk menjenguk dan mengirim makanan ke Kiai Kholil. Kejadian ini membuat kompeni merasa kewalahan mengatur orang sebanyak itu. Silih berganti setiap hari terus menerus. Akhirnya, kompeni membuat larangan berkunjung ke Kiai Kholil. Pelarangan itu, rupanya tidak menyelesaikan masalah. Masyarakat justru datang setiap harinya semakin banyak. Para pengunjung yang bermaksud berkunjung ke Kiai Kholil bergerombol di sekitar rumah tahanan. Bahkan, banyak yang minta ditahan bersama Kiai Kholil. Sikap nekad para pengunjung Kiai Kholil ini jelas membuat Belanda makin kewalahan. Kompeni merasa khawatir, kalau dibiarkan berlarut larut suasana akan semakin parah. Akhirnya, daripada pusing memikirkan hal yang sulit dimengerti oleh akal itu, kompeni belanda melepaskan Kiai Kholil begitu saja.
Setelah kompeni mengeluarkan Kiai Kholil dari penjara, baru semua kegiatan berjalan sebagaimana biasanya. Demikian juga dengan pintu penjara, sudah bisa ditutup kembali serta para pengunjung yang berjubel disekitar penjara, kembali pulang kerumahnya masing-masing.


6. RESIDEN BELANDA
Dan diantara karomahnya, suatu hari, Residen Belanda yang ditempatkan di Bangkalan mendapat surat yang cukup mengejutkan dari pemerintah Colonial Belanda di Jakarta. Surat tersebut berisi tentang pemberhentian dirinya sebagai Residen di Bangkalan. Padahal jabatan itu masih diinginkan dalam beberapa saat. Residen itu berkata dengan Residen belanda yang lainnya. Hati nurani Residen yang satu ini tidak pernah menyetujui penjajahan oleh negaranya. Untuk mempertahankan posisinya, Residen belanda yang simpati kepada bangsa Indonesia mau berkorban apa saja asalkan tetap memangku jabatan di Bangkalan, Kebetulan sang Residen mendengar kabar bahwa di Bangkalan ada orang yang pandai dan sakti mandraguna[12]. Tanpa pikir panjang lagi, sang Residen segera pergi untuk menemui orang yang diharapkan kiranya dapat membantu mewujudkan keinginannya itu.
Maka, berangkatlah sang Residen itu ke Kiai Kholil dengan ditemani beberapa kolegannya. Sesampainya di kediaman Kiai Kholil, sang Residen Belanda langsung menyampaikan hajatnya itu. Kiai Kholil tau siapa yang dihadapinya itu, lalu dijawab dengan santai seraya berucap :
“Tuan, selamat.., selamat.., selamat..” Ucapnya dengan senyuman yang khas. Residen Belanda merasa puas terhadap jawaban Kiai Kholil dan setelah itu berpamitan pulang.
Selang beberapa hari setelah kejadian itu, sang Residen menerima surat dari pemerintah Belanda yang isinya pencabutan kembali surat keputusan pemberhentian atas dirinya. Betapa senangnya menerima surat itu. Dengan demikian, dirinya masih tetap memangku jabatan di daerah Bangkalan.
Sejak peristiwa itu, Kiai kholil diberi kebebasan melewati seluruh daerah Bangkalan. Bahkan, Kiai Kholil bisa menaiki dokar seenaknya melewati daerah terlarang di Keresidenan Bangkalan tanpa ada yang merintanginya. Baik residen maupun aparat Belanda semuanya menaruh hormat kepada Kiai Kholil. Seorang Kiai yang dianggap memiliki kesaktian luar biasa.


7. SURAT KEPADA ANJING HITAM
Musim haji telah tiba. Sebagaimana biasanya, penduduk daerah Bangkalan yang akan menunaikan ibadah haji terlebih dahulu sowan kepada Kiai Kholil. Fulan calon jamah haji Bangkalan. Menjelang keberangkatannya, terlebih dahulu menyempatkan sowan ke Kiai Kholil. Kiai, ketika melihat diantara tamu terdapat si Fulan, maka segera menyuruh mendekat.
“Fulan, ini surat. Sesampainya di Masjidil Haram, berikan surat ini kepada anjing hitam.” Pesan Kiai kepada si Fulan dengan datar.
“Ya, Kiai. Saya akan menyampaikan surat ini.” Jawab si Fulan tanpa berani menatap dan bertanya kenapa Kiai menyuruh demikian. Sesusai sowan kepada Kiai, Fulan langsung pulang ke rumahnya. Berbagai kecamuk dan pertanyaan dibenakknya.
Hari keberangkatan pun tiba. Dengan niat yang ikhlas, Fulan berangkat ke tanah suci. Sesampainya di Makkah, Fulan menunaikan Ibadah hajinya dengan baik. Sungguhpun demikian, Fulan belum tenang kalau amanat yang dipesankan Kiai Kholil belu dilaksanakan. Segera fulan pergi ke halaman Masjidil Haram, terdorong karena patuhnya kepada Kiai Kholil, ingin segera menyampaikan pesan yang sangat aneh ini. Tapi bagaimana caranya?
Tak disangka, ditengah keasyikannya merenung itu. Tiba-tiba, entah dari mana datangnya, didepannya sudah berdiri seekor anjing hitam. Tanpa pikir panjang lagi, Fulan segera meraih surat yang ada di sakunya. Seketika itu juga, disodorkannya surat itu kepada anjing hitam. Telinga anjing itu bergerak-berak, lalu menggigit surat itu pelan-pelan. Beberapa saat anjing itu menatap tajam wajah si Fulan seolah-olah ingin mengungkapkan rasa terima kasih. Setelah itu dengan langkah tenang dan wibawa, sang anjing hitam itu meninggalkan Fulan yang masih terpana. Dipandangnya anjing itu hingga tidak terlihat lagi dari pandangan mata Fulan.
Fulan merasa lega. Sebab, amanat yang tidak dipahami itu sudah ditunaikan. Waktu pun bergulir hingga selesailah ibadah Rukun Islam yang kelima itu. Semua jamaah haji seantero dunia pulang ketanah airnya masing-masing begitu pula dengan fulan pulang ke Bangkalan.
Bagi fulan, sungguhpun sudah selesai ibadah haji, namun kecamuk surat misterius itu masih melekat di benaknya. oleh sebab itu, setibanya di Bangkalan, pertama kali yang ditemuinya adalah Kiai Kholil.
“Sudah disampaikan surat saya, Fulan?” Kata Kiai menyambut kedatangan Fulan.
“Sudah, Kiai.” Tegas fulan lega. “Tapi, Kiai..” Kata fulan agak tersendat-sendat
“Ada apa Fulan?” Kata Kiai Kholil tanpa menunjukkan ekspresi yang aneh. “Kalau boleh Tanya, kenapa Kiai mengirim surat kepada anjing hitam?” Tanya si Fulan terheran-heran.
“Fulan, yang kamu temui itu bukan sembarang anjing. Dia adalah salah seorang wali Allah yang menyamar sebagai anjing hitam yang menunaikan Ibadah haji tahun ini.” Jelas sang Kiai.
Mendengar keterangan Kiai Kharismatik itu, si Fulan baru memahami dan menyadari apa yang ada dibalik peristiwa itu. Dan sifulan pun hanya bisa menganggut sambil mengenang saat sang anjing berhadapan dengan dirinya.

8. ORANG ARAB DAN MACAN TUTUL
Dan diantara karomahnya, suatu hari menjelang sholat magrib. Seperti biasanya Kiai Kholil mengimami jamaah sholat bersama para santri Kedemangan. Bersamaan dengan Kiai Kholil mengimami sholat, tiba-tiba kedatangan tamu berbangsa Arab. Orang Madura menyebutnya Habib[13].
Seusai melaksanakan sholat, Kiai Kholil menemui tamu-tamunya, termasuk orang Arab yang baru datang itu. Sebagai orang Arab yang mengetahui kefasihan Bahasa Arab[14], habib tadi menghampiri Kiai Kholil seraya berucap :
“Kiai, bacaan Al-Fatihah antum (anda) kurang fasih.” Tegur Habib.
“O.. begitu?!” Jawab Kiai Kholil dengan tenang.
Setelah berbasa-basi beberapa saat. Habib dipersilahkan mengambil wudlu untuk melaksanakan sholat magrib. “Tempat wudlu ada di sebelah masjid itu, Habib. Silahkan ambil wudlu di sana.” Ucap Kiai sambil menunjukkan arah tempat wudlu. Baru saja selesai wudlu, tiba-tiba sang Habib dikejutkan dengan munculnya macan tutul. Habib terkejut dan berteriak dengan bahasa Arabnya, yang fasih untuk mengusir macan tutul yang makin mendekat itu. Meskipun Habib mengucapkan Bahasa Arab sangat fasih untuk mengusir macan tutul, namun macan itu tidak pergi juga.
Mendengar ribut-ribut di sekitar tempat wudlu Kiai Kholil datang menghampiri. Melihat ada macan yang tampaknya penyebab keributan itu, Kiai Kholil mengucapkan sepatah dua patah kata yang kurang fasih. Anehnya, sang macan yang mendengar kalimat yang dilontarkan Kiai Kholil yang nampaknya kurang fasih itu, macan tutul bergegas menjauh.
Dengan kejadian ini, Habib paham bahwa sebetulnya Kiai Kholil bermaksud memberi pelajaran kepada dirinya, bahwa suatu ungkapan bukan terletak antara fasih dan tidak fasih, melainkan sejauh mana penghayatan makna dalam ungkapan itu.


9. TONGKAT KIAI KHOLIL DAN SUMBER MATA AIR
Dan diantara karomahnya, pada suatu hari. Kiai Kholil berjalan ke arah selatan Bangkalan. Beberapa santri menyertainya. Setelah berjalan cukup jauh, tepatnya sampai di desa Langgundi, tiba-tiba Kiai Kholil menghentikan perjalanannya. Setelah melihat tanah di hadapannya, dengan serta merta Kiai Kholil menancapkan tongkatnya ke tanah. Dari arah lobang bekas tancapan Kiai Kholil, memancarlah sumber air yang sangat jernih. Semakin lama semakin besar. Bahkan karena terus membesar, sumber air tersebut akhirnya menjadi kolam yang bisa dipakai untuk minum dan mandi. Lebih dari itu; sumber mata airnya dapat menyembuhkan pelbagai macam penyakit[15].
Kolam yang bersejarah itu, sampai sekarang masih ada. Orang Madura menamakannya Kolla Al-Asror Langgundi. Letaknya sekitar 1 km sebelah selatan kompleks pemakaman Kiai Kholil Bangkalan. Banyak orang yang datang dari jauh hanya sekedar untuk minum dan mandi. Mereka yakin bahwa air yang ada di sumber mata air di Langgundi itu, adalah jejak karomah-karomah Kiai Kholil yang diyakini membawa berkah.

[1] “Karaamah” merupakan mashdar dari “karuma”, maka “karaamah” berarti kemuliaan, yakni kemuliaan yang diberikan oleh Allah pada seorang shaleh yang dicintai-Nya.[2] Sebernarnya karomah hanyalah sebuah istilah, sebagaimana mu’jizat diistilahkan untuk Nabi.[3] Khoriqun lil’adah: luar biasa. Sebenarnya banyak hal luar biasa yang terkadang kurang dianggap luar biasa oleh kebanyakan orang, sehingga banyak karomah yang dimiliki oleh para ulama tapi tidak dipandang sebagai karomah. Misalnya karya ilmiyah keislaman. Suatu contoh Al-Imam An-Nawawi dan Al-Imam As-Suyuthi, dengan umur yang relatif sedikit mereka telah mampu menulis kitab puluhan ribu halaman pada zaman belum ada alat tulis yang cukup. Dengan kondisi seperti itu, akal kita tidak akan mampu menggambarkan bagaimana mereka menulis kitab sebanyak itu, dan itu berarti semua itu adalah luar biasa. Maka tentu saja keluarbiasaan itu sangat layak untuk disebut karomah, bahkan lebih layak daripasa sekedar bisa terbang dan sebagainya. Dari itu dalam catatan kaki ini saya lebih menekankan pada pemahaman bahwa karomah berupa karya ilmu dan pendidikan itu lebih utama daripada karomah yang “aneh-aneh”, dan Syekh Kolil memiliki “karomah utama” itu. Saya tidak mau ada yang mengatakan bahwa Syekh Kholil hanya dikagumi oleh orang awam yang suka dengan cerita-cerita aneh. Syekh kholil memiliki keistimewaan yang patut dikagumi oleh kaum ulama, intelektual, budayawan dan kalangan apapun yang mendahulukan ilmu dan pendidikan. Syekh Kholil memiliki prestasi yang tidak masuk akal dalam dunia pendidikan, ribuan pesantren didirikan oleh ribuan ulama hasil didikan beliau. Angka yang tidak masuk akal itu menjadi lebih menakjubkan karena yang dihitung adalah wujud kesuksesan dalam pendidikan dan da’wah Islam, prestasi yang paling tinggi dalam dunia ibadah dengan angka yang luar biasa. Inilah karomah tertinggi Syekh Kholil, sehingga seandainya beliau tidak memiliki karomah yang aneh-aneh maka hal itu sama sekali tidak mengurangi bukti “kewalian” beliau. Dengan ribuan pesantren itu kita tidak perlu mencari cerita aneh beliau untuk membuktikan bahwa beliau adalah kekasih Allah. [4] Saifur Rachman, Surat kepada Anjing Hitam, Pustaka Ciganjur cetakan pertama tahun 1999, halaman 31-32.
[5] Maksudnya kebetulan Syekh Kholil sedang mengajar kitab nahwu. Sebagian orang menganggap pelajaran nahwu itu sebagai pelajaran tersulit, sehingga terkesan bahwa orang yang paling alim adalah yang paling ahli nahwu. Padahal nahwu hanyalah pelajaran bahasa yang berarti pelajaran tahap awal bagi yang ingin dapat membaca dan berbicara bahasa Arab. Ketika Syekh Kholil sering disebut-sebut sebagai ahli Nahwu, maka sebagian orang yang menganggap ilmu nahwu tidak terlalu rumit merasa Syekh Kholil tidak luar biasa jika hanya karena ilmu nahwu. Maka dari itu, saya ingin tegaskan bahwa ilmu nahwu bagi Syekh Kholil bukan “ilmu pamungkas”. Beliau mendapatkan derajat tinggi bukan karena beliau dikenal dengan ilmu nahwunya, karena ilmu nahwu sifatnya hanya ilmu alat dan perantara. Beliau mendapatkan derajat tiggi karena ilmu yang utama, yaitu ilmu mengenal Allah dan syari’at-Nya. Ketika diceritakan bahwa Syekh Kholil sangat pakar dalam ilmu nahwu, maka kita dapat menyimpulkan bahwa kalau ilmu alatnya saja beliau begitu menekuni sampai paham setiap permasalahannya dan hafal di luar kepala, maka apalagi dengan ilmu syari’atnya, tentulah beliau lebih luas lagi dalam ilmu syari’at yang beliau anggap sebagai tujuan utama.
[6] Ada yang bertanya mengapa Syekh Kholil tidak menggunakan ayat-ayat Al-Qur’an atau doa-doa ma’tsurat saja, mengapa beliau menggunakan kalimat yang justru tidak ada hubungannya dengan permasalahan, tidakkah itu termasuk bid’ah? Maka untuk pertanyaan itu saya jawab dengan berikut:
1. Syekh Kholil sedang membahas lafazh “qoma zaidun” maka beliau bermaksud bergurau dengan santri-santri beliau yang sedang tegang mempelajari ilmu nahwu, karena tamu-tamu itu adalah para petani yang tidak mengerti arti “qoma zaidun”. Dari sini kita dapat menilai karakter Syekh Kholil, berarti beliau seorang ulama yang berwibawa dan terkadang humoris, sebuah karakter yang disukai banyak orang.
2. “Qoma zaidun” yang diucapkan Syekh kholil adalah merupakan bahasa kinayah, di mulut beliau menyebut “zaidun” akan tetapi di hati beliau bermaksud “pencuri timun”, sedangkan jumlah fi’il-fa’il dimaksudkan “jumlah du’aiyyah”. Maka artinya adalah “semoga pencuri timun itu berdiri.”
3. Para petani dibiarkan membaca “qoma zaidun” karena mereka memang tidak mengerti bahasa Arab, maka sudah pasti ketika mereka membaca “qoma zaidun” maka di hati mereka bermaksud berdoa sebagaimana doa Syekh Kholil. Maka ketika para petani membaca “qoma zaidun”, sebenarnya bacaan itu berarti mengamin doa Syekh Kholil, seolah-olah mereka berkata “saya berdoa sebagaimana doa Syekh Kholil”. Dan wajarlah kalau Allah-pun mendengar doa Syekh Kholil yang diamini oleh para petani itu.
Dengan demikian, maka tidak ada kejanggalan dari cerita diatas untuk dihujat sebagai bid’ah. Ini adalah analisa saya, berangkat dari husnuzhon saya kepada ulama semisal Syekh Kholil. Sesuai dengan ajaran Rasulullah:
كُنْ كَالْمُؤْمِنِ يَطْلُبُ الْمَعَاذِرَ، وَلاَتَكُنْ كَالْمُنَافِقِ يَطْلُبُ الْمَعَايِبَ
“Jadilah sebagai orang mukmin yang selalu mencari alasan baik. Dan janganlah menjadi sebagai orang munafiq yang suka mencari aib.”
[7] Banyak terjadi perlakuan aneh dari Ulama zaman dahulu, baik pada santri maupun tamu. Dalam cerita diatas kita dapat menebak bahwa apa yang dilakukan Syekh Kholil adalah merupakan firasat dan memberi ujian. Syekh memiliki firasat tentang pemuda Wahab Hasbullah, kemudian beliau bermaksud menguji kesungguhan pemuda itu untuk belajar pada beliau. Hal seperti ini dapat terjadi antara guru dan murid yang memiliki hubungan kecintaan kepercayaan yang kuat. Makanya tidak ada seorang kiai yang menguji diluar kemuampuan muridnya, terbukti sang murid lulus walaupun terkadang ujiannya tidak masuk akal. Bagi orang yang belum pernah merasakan kecintaan dan kepercayaan yang kuat terhadap guru, hal seperti ini bisa saja dianggap berlebihan. Akan tetapi fakta membuktikan bahwa semua ulama besar tidak sekedar dibesarkan oleh ilmu yang dipelajari dari gurunya, melainkan lebih dibesarkan oleh keberkahan berkat cinta dan percaya yang amat kuat kepada gurunya.
[8] Suami itu sebenarnya tidak paham yang dimaksud minta tolong kepada Syekh Kholil, dia pikir Syekh Kholil dapat menolongnya secara tehnis, sedangkan yang dimaksud oleh orang yang menunjukkan tadi adalah meminta doa kepada beliau. Ketika suami itu datang kepada Syekh Kholil minta tolong maka Syekh Kholil memberi saran untuk menghubungi pihak pelabuhan. Kedatangan sang suami kepada Syekh Kholil sampai tiga kali bukan karena Syekh Kholil pelit atau tidak tahu apa yang harus beliau lakukan, makanya saya kurang sreg dengan kalimat “karena sampeyan ingin sekali, saya bantu sampeyan.” Saya rasa itu hanya gubahan penulis atau perawi. Syekh Kholil pasti tahu sejak awal bahwa sang suami itu ingin sekali menyelesaikan masalahnya, beliau tidaklah baru menyadari setelah kedatangan yang ketiga. Siapa yang mengaggap problem sang suami itu tidak serius?! Syekh Kholil tidak langsung berdoa sejak kedatangan pertama karena memang sang suami itu tidak minta doa, dan sebagai orang yang tawadhu’, beliau tidak langsug menawarkan doa, karena menawarkan doa bisa saja terkesan menganggap dirinya punya doa manjur. Dari situ kita dapat melihat ketawadhu’an Syekh Kholil, baik di hadapan Allah maupun di hadapan manusia. Hal ini berbeda dengan “kiai dukun” yang justru pasang iklan seoalah-olah berkata: “Mintalah doa pada saya, karena doa saya manjur.” Inilah yang membedakan antara “kiai wali” dengan “kiai dukun”, yaitu tawadhu’ di hadapan Allah dan di hadapan manusia.
[9] Bermimpi seseorang wanita tidak harus sering atau habis memikirkannya sebelum tidur, maka jangan sampai mengira bahwa mungkin saja Kiai Bahar memikirkan istri gurunya sebelum tidur.
[10] Kemarahan Syekh Kholil bukan karena Kiai Bahar bersalah sebab mimpi itu, melainkan semacam hardikan agar Kiai Bahar melupakan mimpi itu, agar tidak diingat lagi walaupun untuk menyesalinya.
[11] Tugas itu sebenarnya bukan hukuman, Syekh Kholil menyebutnya hukuman untuk tidak membuat bingung santri-santri yang lain, sehingga di mata mereka, Bahar dihukum karena tidak shalat berjamaah. Adapun sebenarnya itu adalah ujian sebagaimana yang juga sering diberikan pada murid lainnya.
[12] Sakti mandraguna menurut paham sang Residen, karena ia tidak mengerti soal wali dan karomah.
[13] Ada suatu kesalahan yang banyak dipahami oleh orang awam, baik di Madura maupun di Jawa, mereka pikir semua orang Arab itu “Habib”. Habib adalah julukan yang diberikan oleh orang Yaman terhadap keturunan Rasulullah. Kemudian julukan ini menjadi populer juga di berbagai negara, walaupun sebenarnya hanya lebih populer di kalangan Habib dari Yaman sendiri atau yang mengenalnya. Dalam menjuluki Habib, orang Madura atau Jawa -yang paham maksudnya- sebenarnya hanya ikut-ikutan orang Yaman saja, itu juga dipakaikan pada Habib yang berasal dari Yaman atau yang masih kental ke”Yaman”anya. Orang Madura atau Jawa sebenarnya tidak punya julukan khusus untuk keturunan Rasulullah secara umum, maka dari itu mereka tidak menjuluki Syekh Kholil dan sebagainya dengan “Habib” walaupun tahu bahwa mereka juga cucu Rasulullah. Bagi Mereka, Habib adalah curu Rasululullah yang di Arab atau yang masih menggunakan kebangsaan Arab. Dalam cerita ini, mengingat sebagian orang Madura menganggap semua orang Arab itu Habib, maka hendaknya dimaklumi bahwa Habib dalam cerita ini belum tentu Habib yang sebenarya, mungkin saja orang Arab biasa. Kalaupun ternyata memang Habib sebenarnya, hendaknya dimaklumi bahwa cerita ini tidak menyimpulkan bahwa ada seorang bahngsa Sayyid dikalahkan seorang bangsa Madura, karena sebenarnya Syekh Kholil juga bangsa Sayyid yang telah njawani sejak dari leluhurnya.
[14] Sebenarnya tidak semua orang Arab fasih tajwidnya, baik yang di Indonesia maupun yang di Arab sekalipun, kecuali yang memang belajar tajwid. Saya jadi teringat waktu ngobrol dengan Sayyid Anis Bin Syihab Malang, beliau berkata dengan nada berkelakar: “Watak orang Arab itu memang PD-an, kalau mereka datang ke kampung-kampung kemudian disuruh jadi imam langsung aja maju, padahal baca Qur’annya masih bagus orang Jawa.” Yakni orang Jawa kampung yang pada umumnya belajar tajwid sejak kecil.
[15] Apabila air itu benar-benar terbukti pernah menyembuhkan penyakit seseorang, maka ada dua kemungkinan bagaimana proses kemujaraban air itu. Pertama, mungkin air itu memang mengandung zat yang berguna untuk penyembuhan, maka berarti air itu dapat menyembuhkan secara medis, walaupun tidak ada yang megerti tentang hal itu. Namun bukan berarti tidak ada hubungannya dengan karomah Syekh Kolil, melainkan ketika Syekh Kholil menemukan sumber itu maka berarti beliau telah melakukan hal yang luar biasa. Kedua, mungkin air itu hanya air biasa, namun air itu menjadi mujarab berkat Syekh Kholil. Adapun prosesnya adalah dengan tabarruk, yakni memohon berkah kepada Allah dengan perantara benda bekas orang shaleh. Ketika seseorang datang dan meminum air Kolla Al-Asror, mereka berkeyakinan bahwa Kolla itu adalah peninggalan Syekh Kholil yang mereka yakini sebagai orang shaleh kekasih Allah. Mereka bertabarruk dengan air kolla itu sebagaimana yang dibenarkan oleh Syari’at Islam.

Masalah Tabarruk
Masalah ini perlu saya bahas agar tidak ada yang salah paham mengenai cerita diatas. Tabarruk adalah bagian daripada tawassul, yaitu mengambil perantara didalam berdoa kepada Allah. Yang dimaksud mengambil perantara adalah merayu Allah dengan menyebut-nyebut orang yang dicintai Allah. Ketika seseorang bertawassul dengan Nabi, misalnya, maka seolah-olah ia berkata: “Ya Allah, kalau Nabi saja aku cintai karena beliau kekasih-Mu, maka apalagi Engkau, tentu Engkau lebih aku cintai. Maka berkat cinta ini kabulkanlah doaku”. Itulah yang dimaksud tawassul. Adapun tabarruk adalah bertawassul dengan menyentuh benda-benda yang berhubungan dengan kekasih Allah. Maka tabarruk masih dalam rentetan tawassul. Ketika seseorang bertabarruk dengan baju bekas orang shaleh, misalnya, maka seolah-olah ia berkata: “Ya Allah, kalau baju bekas orang shaleh saja aku cintai, apalagi orang shaleh yang punya baju. Dan karena aku mencintai orang shaleh itu karena dia adalah kekasih-Mu, maka apalagi Engkau, tentu Engkau lebih aku cintai. Maka berkat cinta ini kabulkanlah doaku.”
Orang yang menentang tawassul dan tabarruk itu sebenarnya disebabkan karena ia tidak mengerti tentang dua hal, yaitu tidak mengerti maksudnya dan tidak mengerti bahwa Syari’at Islam mengajarkan tawassul dan tabarruk sebagai salah satu cara beribadah.
Tawassul diajarkan dalam Syari’at Islam, diantara dalil-dalilnya adalah sebagai berikut:
1. Allah SWT berfiran:
يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوا اتَّقُوا اللهَ وَابْتَغُوْا إِلَيْهِ الْوَسِيْلَةَ..
“Wahai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dan ambillah perantara kepadaNya..” (Q.S. Al-Maidah : 35)
2. Allah SWT berfirman:

أُولـئِكَ الَّذِيْنَ يَدْعُوْنَ يَبْتَغُوْنَ إِلَيْهِ الْوَسِيْلَةَ

“Mereka adalah orang-orang yang berdoa dengan mengambil perantara kepada Tuhan mereka.” (Q.S. Al-Isra’ : 57).
3. Allah berfirman:
.. وَكَانُوْا مِنْ قَبْلُ يَسْتَفْتِحُوْنَ عَلى الَّذِيْنَ كَفَرُوْا فَلَمَّا جَاءَهُمْ مَا عَرَفُوْا كَفَرُوْا بِهِ ..

“.. Dan adalah mereka sebelumnya telah memohon (kepada Allah) akan kemenangan atas orang-orang kafir. Dan ketika datang apa yang mereka kenal itu merekapun kemudian mengingkarinya. ..” (Q.S. Al-Baqarah : 89)
Kata Sahabat Abdullah bin Abbas, sebagaimana diriwayatkan oleh Ibnu Ktasir dalam Tafsirnya, Yang dimaksud ayat itu adalah orang Yahudi Khaibar, ketika berperang dengan orang-orang Ghathfan, mereka terdesak dan kemudian berdoa kepada Allah berta-wassul dengan Nabi akhir zaman. Akan tetapi setelah Rasulullah muncul mereka malah mengingkari beliau. Riwayat ini menyimpulkan bahwa Allah membenarkan orang yang bertawassul dengan orang shaleh walaupun ia belum lahir, apabila kelahiranya telah dikabarkan oleh Allah.
4. Ketika memakamkan ibu Sayyidina Ali bin Abi Thalib yang bernama Fathimah binti Asad, Rasulullah turun sendiri ke liang lahat kemudian memuji Allah dan berdoa:
اِغْفِرْ لِأُمِّيْ فَاطِمَةَ بِنْتِ أَسَدٍ وَلَقِّنْهَا حُجَّتَهَا وَوَسِّعْ عَلَيْهَا مَدْخَلَهَا بِحَقِّ نَبِيِّكَ وَالأَنْبِيَاءِ مِنْ قَبْلِيْ ..
“Ampunilah ibuku, Fathimah binti Asad, dan tuntunlah ia akan hujjahnya (jawaban pertanyaan kubur) dan lapangkanlah tempatya, dengan kebenaran Nabi-Mu dan Nabi-Nabi sebelumku..” (H.R. Ath-Thabrani dan Ad-Dailami, dinyatakkan shahih oleh Al-Haitsami)
Hadits ini menyimpulkan bahwa tawassul dengan orang shaleh yang telah meninggal itu juga diajarkan oleh Rasulullah, karena para Nabi yang ditawassuli oleh beliau telah meninggal semua.
5. Al-Imam Ath-Thabrani meriwayatkan dalam kedua kitabnya, “Al-Mu’jam Al-Kabir” (9/17) dan “Al-Mu’jam Ash-Shaghir” (hal. 201), bahwa Sahabat Utsman bin Hunaif meriwayatkan, bahwa suatu ketika ada seseorang yang datang menemui Khalifah Utsman bin Affan, orang itu datang dengan suatu keperluan, akan tetapi (mungkin karena sibuk dengan suatu masalah) Khalifah tidak menaggapinya. Maka Utsman bin Hunaif berkata kepadanya:
“Berwudhu’lah dan shalat dua raka’at, kemudian bacalah:
اَللّهُمَّ إِنِّيْ أَتَوَسَّلُ إِلَيْكَ وَأَتَوَجَّهُ إِلَيْكَ بِنَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ نَبِيِّ الرَّحْمَةِ، يَا مُحَمَّدُ إِنِّيْ أَتَوَجَّهُ بِكَ إِلى اللهِ فِيْ حَاجَتِيْ لِتُقْضى لِيْ

Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepada-Mu dan menghadap kepadamu dengan Nabi kami, Muhammad Nabi rahmat. Wahai Nabi Muhammad, denganmu aku menghadap Tuhanku dalam urusan keperluanku ini agar dipenuhinya.
Kemudian kembalilah menemui Khalifah.”
Orang itupun melakukan himbauan Utsman bin Hunaif kemudian kembali mendatangi Khalifah Utsman bin Affan. Begitu menemui pengawal ia langsung dibawa masuk dan Khalifah mempersilahkan dia duduk di dekatnya, iapun ditanya apa keperluannya dan Khalifahpun langsung memenuhinya. Seberanjaknya dari Khalifah, orang itu langsung menemui Utsman bin Hunaif dan berkata: “Semoga Allah membalas jasamu dengan baik. Semula Khalifah sama sekali tidak mempedulikanku, bahkan tidak mau menoleh sedikitpun paadaku, sampai engkau membantuku dengan berbicara padanya.” Orang itu mengira Utsman bin Hunaif telah memberi rekomendasi pada Khalifah Utsman bin Affan. Maka Utsman bin Hunaif berkata: “Demi Allah, aku tidak berbicara apa-apa pada Khalifah, akan tetapi aku pernah menyaksikan Rasulullah SAW ketika didatangi seseorang mengadukan matanya yang buta. Rasulullah berkata: “Kalau kau mau maka kau bisa bersabar, dan kalau kau mau maka aku akan mendoakanmu.” Orang itu menjawab: “Ya Rasulallah, kebutaan ini menyulitkan saya, karena saya tidak punya siapa-siapa untuk menuntun saya.” Maka Rasulullah SAW bersabda: “Berwudhu’lah dan shalatlah dua raka’at kemudia berdoalah .. dst.” Yaitu doa diatas. Utsman bin Hunaif melanjutkan dan berkata: “Orang itupun melakukan apa yang diajarkan Rasulullah SAW. Dan demi Allah, tidak beberapa lama kemudian orang itupun kembali dengan keadaan dapat melihat, seolah-olah matanya tidak pernah sakit sama sekali.”
Riwayat ini menyimpulkan dua hal:
Pertama, bahwa bertawassul dengan orang shaleh yang hidup dan memanggil namanya dari jauh itu tidak apa-apa, walaupun yang ditawassuli tidak mendengar panggilannya, karena dalam riwayat diatas Utsman bin Hunaif berkata “tidak beberapa lama orang itupun kembali dengan keadaan dapat melihat”, maka berarti orang itu membaca doa tawassul yang ada kalimat “ya Rasulullah”nya tidak di hadapan Rasulullah SAW.
Kedua, bahwa bertawassul dengan orang shaleh yang telah meninggal dunia itu tidak apa-apa, karena cerita diatas terjadinya pada zaman Khalifah Utsman bin Affan dan Rasulullah SAW telah meninggal dunia.
6. Al-Bukhari dan Muslim meriwayatkan tentang tiga orang yang terperangkap dalam gua karena tiba-tiba ada batu besar terjatuh dari atas gunung dan menutup pintu gua itu. Kemudian mereka bertawassul dengan menyebut amal shaleh mereka masing-masing, sehingga batu itupun bergeser dan terbukalah pintu gua. Hadits ini menyimpulkan bahwa bertawassul dengan amal shaleh juga diajarkan oleh Rasulullah SAW.
7. Al-Bukhari, Muslim dan Abu Dawud meriwayatkan bahwa suatu ketika Rasulullah mencukur rambut untuk tahallul haji, kemudian rambut itu beliau serahkan pada Sahabat Thalhah untuk dibagikan pada Sahabat-sahabat yang lain. Maka para sahabatpun berebut rambut Rasulullah, tentu saja untuk ngalap berkah (tabarruk), karena rambut tidak bisa dimakan. Diantara mereka ada yang mencelup rambut Rasulullah ke dalam air kemudian airnya diminumkan pada orang sakit.
8. Al-Hafizh Ibnu Hajar meriwayatkan dalam kitabya, “Al-Mathalib Al-‘Aliyah” (4/90), bahwa Sahabat Khalid bin Al-Walid berebut rambut Rasulullah ketika bercucukur untuk tahallul umroh, kemudian rambut itu segera ia selipkan di kopiahnya. Khalid berkata: “Dalam memimpin setiap pertempuran aku selalu menang tanpa cedera sedikitpun apabila aku memakai kopiah yang ada rambut Rasulullah itu.” Hadits ini juga diriwayatkan oleh Ath-Thabrani dan Abu Ya’la serta dinyatakan shahih oleh Al-Haitsami dan Al-Bushiri.
9. Al-Imam Muslim meriwayatkan, bahwa Asma’ binti Abi Bakar memiliki jubah Rasulullah dan beliau berkata: “Jubah ini dulunya ada pada Aisyah, setelah ia meninggal akupun mewarisinya. Jubah itu pernah dipakai oleh Rasulullah SAW. Maka kamipun suka merendam jubah itu ke dalam air dan airnya kami minumkan pada orang sakit untuk mengharap kesembuhan.
Ketiga hadis terakhir ini menyimpulkan bahwa Rasulullah membenarkan tabarruk dengan benda bekas orang shaleh. Dan masih banyak lagi Hadits-hadits shahih yang meriwayatkan tentang bagaimana para Sahabat bertabarruk dengan benda-benda bekas Nabi yang lain, seperti potongan kuku, bekas air wudhu dan sebagainya.
Kesimpulannya, tawasul dan tabarruk itu diajarkan oleh syari’at. Tawassul boleh dengan Amal shaleh, dengan Nabi, Malaikat dan orang-orang shaleh, baik mereka belum lahir, masih hidup maupun telah meninggal dunia. Sejak zaman Sahabat Nabi, semua ulama sepakat akan hal itu, tidak ada yang berbeda pendapat sampai muncullah seorang bernama Ibnu Taimiyah, iapun banyak menimbulkan masalah dengan pendapat-pendapat kontrofersialnya, termasuk pendapatnya bahwa tawassul dengan orang yang telah meninggal itu termasuk jenis syirik. Dalam hal ini Ibnu Taimiyah pernah melakukan kebohongan dengan mengatakan bahwa tidak ada ulama yang membolehkan tawassul dengan orang yang telah meninggal, seperti yang ia tulis dalam kitab “At-Tawassul wal-Wasilah” (hal.24). Padahal dalam kitabnya yang lain, yaitu “Al-Fatawa Al-Kubra” (1/351), Ibnu Taimiyah mengatakan bahwa Al-Imam Ahmad bin Hanbal dalam salah satu riwayatnya membolehkan tawassul dengan Nabi.
Diantara Hadits tawassul, mereka hanya mau menerima riwayat Utsman bin Hunaif saja sebagai Hadits yang benar-benar shahih, itupun mereka tidak mau menerima pendapat Utsman yang bertawassul dengan Rasulullah setelah beliau wafat. Mereka hanya mau menerima bahwa Rasulullah mengajarkan tawassul ketika beliau masih hidup.
Untuk itu saya kemukakan beberapa hal berikut:
a. Kalau mereka menolak Hadits-hadits yang lain yang telah dishahihkan oleh ulama ahli Hadits semacam Al-Hakim, Adz-Dzahabi, Al-Asqalani, Al-Qusthallani dan sebagainya, maka kita tinggal memilih saja, kita lebih percaya terhadap keahlian siapa dalam ilmu Hadits. Siapa Ibnu Taimiyah dibanding mereka? Dia digelari “Syaikhul Islam” hanya oleh pengikut fanatiknya saja, sementara hampir semua ulama besar justru pernah menasehati umat agar tidak tertipu oleh pendapat-pendapatnya. Apakah kita akan percaya pernyataan Ibnu Taimiyah dan mencampakkan nama-nama besar itu yang masing-masing mereka bergelar “Al-Hafizh” yang berarti telah hafal sedikitnya sepuluh ribu Hadits dengan sanadnya? Apakah kita lebih percaya pada Ibnu Taimiyah yang banyak memberi pernayataan “plin-plan” dalam berbagai kitabnya? Dalam segi ketelitian berargumentasi, Ibnu Taimiyah sudah jelas nampak kacau balau, ia tidak memenuhi syarat walaupun untuk disebut sebagai “peneliti”, apalagi untuk disebut sebagai “ahli Hadits! Lantas bagaimana mungkin kita mau memegang omongannya!
b. Ketika mereka (Ibnu Taimiyah dan pegikutnya) menyatakan haram atau syirik terhadap tawassul dengan orang meninggal, maka berarti mereka menganggap sesat dan syirik terhadap perbuatan Utsman bin Hunaif, berarti Sahabat Nabi ada yang sesat dan syirik. Beranikah mereka katakan itu di hadapan Rasulullah?
c. Kita tidak usah membicarakan Hadits yang lain. Kalaupun hanya riwayat Utsman bin Hunaif yang shahih, bahwa Rasulullah mengajarkan tawassul sewaktu beliau hidup, riwayat ini sama sekali tidak menyimpulkan bahwa tawassul dengan Nabi itu hanya berlaku selama beliau hidup. Seandainya memang tawassul dengan orang meninggal itu sesat maka tentu Rasulullah adalah orang yang paling hawatir umat beliau tersesat, maka tentu beliau akan berpesan pada orang yang diajari tawassul itu agar “tawassul dengan Nabi” tidak dipakai setelah beliau wafat. Kenyataannya Rasulullah menyuruh tawassul dengan diri beliau tanpa mengkhususkan selama beliau hidup. Maka barang siapa mengkhususkan sesuatu yang tidak dikhususkan oleh Rasulullah, maka ia jelas-jelas telah melakukan bid’ah yang sesat.
d. Mereka berdalih dengan sebuah riwayat shahih bahwa Khalifah Umar bin Khaththab pernah bertawassul dengan Sayyidina Abbas bin Abdul Muththalib, paman Nabi, pada saat shalat istisqa’ setelah Nabi wafat. Mereka, pikir, kalau memang tawassul dengan orang meninggal itu boleh maka tentu Khalifah Umar akan bertawassul dengan Nabi. Paham ini sebenarnya sangat dangkal dan nampak sekali kesan pemaksaannya hanya demi untuk mendukung pendapat mereka. Coba kita perhatikan berita kalimat ini: “Umar bertawassul dengan Abbas, waktu tawassulnya setelah Nabi wafat”. Jujur saja, kalimat ini memberi dua kesimpulan, yang pertama sifatnya pasti dan yang kedua sifatnya hanya mungkin. Pertama, berarti boleh bertawassul dengan selain Nabi. Yang kedua, bisa jadi Umar menganggap tidak boleh bertawassul dengan orang meninggal, makanya beliau bertawassul dengan Abbas yang masih hidup. Kemungkinan yang kedua ini hanya “bisa jadi”, artinya bisa juga tidak. Nah, dalam kaidah Ushul Fiqih, memutuskan suatu hukum itu harus berdasarkan nash (dalil) yang tidak memiliki banyak kemungkinan kesimpulan. Kaidah mengatakan:
عِنْدَ وُجُوْدِ الاِحْتِمَالِ سَقَطَ الاِسْتِدْلاَلُ
“Ketika ada kemungkinan maka gururlah penggunaan dalil.”
Jadi, orang yang mengerti Ushul Fiqih akan merasa malu untuk menjadikan riwayat Umar ini sebagai hujjah untuk mengharamkan tawassul dengan orang yang telah meninggal.
e. Mereka mengaggap tawassul dengan orang yag telah meninggal sebagai syirik, kalau dengan orang yang masih hidup maka tidak. Lantas apa bedanya? Bertawassul dengan seseorang itu karena melihat status orang yang ditawassuli, karena kita mengaggap dia sebagai kekasih Allah. Nah, status kekasih Allah itu tidak berubah setelah ia meninggal. Sebagian mereka berkata bahwa orang yang telah meninggal itu tidak bisa memberi manfaat sebagaimana orang yang masih hidup.” Yang lain berkata: “Allah itu Maha Dekat dan Mendengar, mengapa kita tidak langsung saja berdoa kepada Allah tanpa perantara!” Maka pernyataan itu semakin memperjelas kesahpahaman mereka. Berarti, menurut mereka, tawassul itu minta pada orang yang ditawassuli. Ini sudah jelas keluar dari arti “bertawassul dengan seseorang”. Dari segi bahasa saja mereka telah salah memahami arti tawassul. Secara bahasa, tawassul itu artinya memohon dengan merengek atau merayu. Maka bertawassul dengan seseorang itu artinya meminta kepada Allah dengan sebuah rayuan berupa menyebut orang yang dicintai Allah. Sama dengan merayu Zaid bin Umar, misalnya, dengan berkata “Saya penggemar orang tua Anda, maka demi dia, tolonglah saya.” Coba perhatikan, siapa yang dimintai diatara Zaid dan Umar itu? Zaid, Umar atau dua-duanya? Kalau ada yang bilang berarti minta pada Umar atau pada dua-duanya Zaid dan Umar, berarti orang itu belum bisa disebut “bisa berbahasa dengan benar”.
Itulah beberapa hal yang semoga dapat membantu mereka untuk memahami arti tawassul. Baragkali mereka memang kurang punya sopan santun sehingga tidak menghormati ulama-ulama ahli Hadits dan sembarangan menyebut mereka sesat. Setidak-tidaknya agar mereka tidak buru-buru menganggap sesat dan syirik terhadap mereka


Syirik yang sebenarnya
Syirik yang sebenarnya adalah ketika kita meminta pada seseorang, baik yang diminta itu masih hidup atau sudah mati, dengan berkeyakinan bahwa dia mampu memberi dengan kemampuan mutlak sebagaimana kemampuan yang dimiliki Allah. Coba kita tanya pada orang yang bertawassul dengan para wali itu, seawam apapun mereka tidak pernah meyakini bahwa para wali yang ditawassuli itu mampu memberi dengan kemampuan mutlak sebagaimana kemampuan yang dimiliki Allah. Demikian pula dengan tabarruk, ketika mereka menyentuh, mencium dan meminum air rendaman benda bekas orang shaleh, mereka tidak pernah menganggap benda itu memiliki kekuatan sebagaimana kekuatan yang dimiliki Allah. Mereka hanya berharap dengan itu Allah tersentuh untuk mengabulkan doa mereka, atau berharap untuk mendapat ridha Allah. Hal ini sama dengan perihal orang yang mencium hadiah pemberian Anda di hadapan Anda. Coba apa yang Anda pikirkan tentang orang itu? Menurut Anda apa yang ia tuju dengan mencium hadiah itu di hadapan Anda? Anda pasti berfikir bahwa dia melakukan itu untuk membuat Anda senang. Demikian pulalah yang terjadi pada orang yang bertabarruk, mereka berharap Allah senang dengan tabarruk itu, karena yang mereka tabarruki adalah orang atau benda bekas orang yang dicintai Allah. Itulah yang terjadi pada umumnya kaum muslimin yang bertabarruk. Kecuali orang awam yang memang masih dalam pengaruh kepercayaan kuno pra Islam. Dan untuk orang seperti ini tentu saja kita wajib memberi pengarahan.
Sumber http://azmatkhanalhusaini.com/index.php?option=com_content&task=view&id=32&Itemid=70