Jumat, 04 April 2014

Bertemu Kyai NU, Prabowo Ajak Kembalikan Kegemilangan Islam

VIVAnews - Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra, Prabowo Subianto, menyampaikan keprihatinannya akan kondisi umat Islam yang merupakan penduduk mayoritas di Indonesia, cenderung lemah dan miskan. Padahal, kata dia, Islam di Indonesia pernah gemilang dengan kekuatan ekonominya. 
Prabowo Subianto diapit pimpinan parpol berbasis massa umat Islam, Partai Persatuan Pembangunan.
"Kalo masyarakat lemah dan miskin maka tidak ada ekonomi yang gemilang. Karena bangsa-bangsa tumbuh dalam keadaan bersaing untuk bertahan hidup, bersaing merebut tanah dan air serta sumberdaya alam," kata Prabowo di Jakarta, Rabu 2 April 2014.

Purnawirawan jenderal  bintang tiga ini meminta kepada para ulama dan tokoh pesantren untuk tidak berdiam dalam kondisi bangsa yang terus dihantui oleh kemiskinan.  Ia meminta para tokoh agama terutama Nahdlatul Ulama untuk turun gunung dan membangun bangasa.

"Kondisi ini tidak bisa kita diamkan. Kita itu diberikan karunia kekayaan oleh Tuhan tetapi kita tidak bisa menjaga dan mengelolanya. Sehingga akhirnya setiap tahun kita terus berhutang. Artinya kita selalu berhutang diatas kekayaan kita," katanya.

Mantan Danjen Kopassus ini mengaku sangat dekat dengan tokoh Nahdlatul Ulama (NU) karena saat masih menjadi tentara, kala ditugaskan ke daerah operasi, kyai NU orang yang pertama ditemuinya.

"Saya ini dekat dengan NU, karena saya bekas tentara, dan tentara dekat dengan para kyai. Karena kalau kita dikirim ke daerah konflik maka yang pertama kita temui adalah kyai," ujarnya.

Banyak hal yang dibicarakan setiap ia ditugaskan dalam sebuah opersi militer. Diantaranya, kata dia, meminta doa dan amalan dari para kyai untuk menghadapi maut dalam bertugas. 

"Jadi ketika kita berangkat maka kita siap mati. Karena itu TNI selalu dekat dengan NU," kata Prabowo.

Dalam Sarasehan Nasional Ulama Pesantren dan Cendikiawan yang di selenggarak Pengurus Besar Nahatul Ulama (PBNU) Prabowo meminta semua kyai dan nahdiyin untuk berpatisipasi langsung dalam pemilu 9 April 2014.

"Sebentar lagi kita melaksanakan suatu hajat besar. Suatu pemilihan dimana rakyat Indonesia akan menentukan wakil di DPR. Ini adalah momentum untuk mengubah arah ke depan kita harus bersama." (ren)

Rabu, 02 April 2014

Pasangan Prabowo-Kalla Terpopuler Pilpres 2014

TEMPO.CO, Jakarta- Pasangan Prabowo Subianto-Jusuf Kalla muncul sebagai pasangan calon presiden dan wakil presiden terpopuler dari survei yang dilakukan Soegeng Sarjadi Syndicate. Dari 2.192 responden yang dimintai pendapat, pasangan Prabowo-Kalla berhasil meraih 14,6 persen suara.

Koordinator survei, Muhammad Dahlan, mengatakan keunggulan yang diraih Prabowo-Jusuf Kalla didukung juga oleh popularitas masing-masing calon. Secara personal Prabowo dan Kalla mendapat simpati dari responden. "Sosok capres dan cawapres secara personal memberikan peran signifikan bagi kemenangan pasangan," kata Dahlan saat memaparkan rilis Survei Pemetaan Capres 2014 di Hotel Four Seasons, Jakarta, Rabu, 6 Juni 2012.

Dahlan mengatakan dari survei yang dilakukan dengan metode penelitian lapangan di 33 provinsi pada 14-24 Mei ini Jusuf Kalla juga disandingkan dengan Megawati Soekarnoputri dan hanya mendapat suara 13,4 persen. Sedangkan ketika Prabowo disandingkan dengan Mahfud MD, Dahlan Iskan, dan Hatta Rajasa berturut-turut hanya meraih 12,4 suara, 6,7 persen, dan 6,2 persen.

SSS juga melihat elektabilitas Megawati jika disandingkan dengan Sultan Hamengku Buwono X, Mahfud MD, dan Hatta Rajasa. Hasilnya secara berturut-turut memperoleh 8,9 persen suara, 8,0 persen suara, dan 4,6 persen suara.

Selain meletakkan Prabowo dan Mega sebagai capres, Dahlan mengatakan SSS juga mensimulasi tokoh lain sebagai presiden. Namun hasilnya tak signifikan. Ketika Jusuf Kalla dipasangkan dengan Dahlan Iskan dan Mahfud MD, pasangan ini hanya memperoleh suara 8,3 persen dan 5,7 persen. Sedangkan ketika disodorkan nama Aburizal Bakrie-Jusuf Kalla, hanya ada 5,5 persen responden yang memilih.

Menurut Dahlan, dari hasil survei, pemilih masih mengutamakan faktor ketegasan, pro-rakyat, jujur, kemampuan memimpin dan cerdas dari pasangan capres dan cawapres. Survei dilakukan dengan metode stratified random sampling dan teknik pengumpulan data dengan wawancara tatap muka